the other side of Rizky Purnama
Jumat, 07 Agustus 2020
Rumahku Surgaku
Jumat, 31 Juli 2020
a new becoming
Selasa, 27 Maret 2018
Merekam Memori
Setelah jadwal mengajar selesai, saya iseng membaca chat whatsapp yang dulu-dulu. Kebiasaan saya memang untuk tidak menghapus chat whatsapp, bahkan kadang saya back up. Simple, karena bagi saya membaca chat yang sudah lama, bisa membuat saya senyum-senyum. Konyol sih, tapi memang begitu. Tingkat humor saya memang receh.
Kali ini yang saya baca adalah grup kelas saat saya PPG. Ada hal yang menarik dalam chat, ketika saya meminta bantuan karena terkunci di kamar. Deg, saya langsung tertawa.
Saya mengingat-ingat. Apa yang membuat saya terkunci. Tapi saya lupa. Yang saya ingat, saya terbangun dari jam 3, mau ke kamar mandi tapi pintu tak bisa di buka. Sampai Sari dan Ulfa (trman sekamar) bangun, kami pun tak bisa membukanya.
Saya kembali tertawa, mengingat hal itu. Silly. Bisa-bisanya terkunci, sampai akhirnya pintu di jebol. Dan kalau tidak salah, beberapa hari kemudian, saya pun terkunci lagi. Kalau itu memang pure, kesalahan saya yang menutup pintu terlalu keras.
Saya memang ceroboh. Kalau diingat-ingat, kecerobohan saya saat PPG banyak sekali. Dimulai dari kaki yang terkena setrika, usb Ulfa yang meleleh akibat saya setrika, tupperware yang gosong karena kelamaan di magic com, jatoh di tempat jemuran karena lupa pake rok span. Ah, banyak sekali.
Bulan ini bulan maret, pas sekali ketika 2 tahun lalu. Di bulan Maret saya dan teman-teman mulai PPG. Kemudian PPG telah usai. Ternyata, bukan hanya foto yang menyimpan memori. Tapi kumpulan obrolan, juga dapat merekam memori.
Minggu, 04 Maret 2018
Tuhan Maha Baik
Tuhan Maha Baik.
Kalau saja, kebahagiaan hanya diukur berdasarkan uang. Mungkin bahagia hanya milik orang-orang yang beruang.
Tuhan Maha Baik.
Kalau saja, kebahagiaan hanya diukur berdasarkan jabatan. Mungkin bahagia hanya milik orang-orang yang berpangkat.
Tuhan Maha Baik.
Kalau saja, kebahagiaan hanya diukur berdasarkan fisik. Mungkin bahagia hanya milik orang-orang yang rupawan.
Tuhan Maha Baik.
"Lalu nikmat Tuhan manalagi yang kalian dustakan" - Q.S Ar-Rahmaan
Minggu, 05 November 2017
Pindah Rumah
Beberapa minggu belakangan mama selalu bercerita tentang rencananya untuk pindah rumah, ke daerah dekat tempat tinggal kakak saya. Terkadang saya berpikir, mama ini hanya bercanda, tapi sering juga saya menemukan serius dalam obrolan pindah rumah ini.
Mama ingin pindah rumah, bukan tanpa alasan. Beberapa alasan logis mama kemukakan pada saya. Yang pertama, adik perempuan saya mondok, dan adik laki-laki saya rencananya akan melanjutkan smp di tempat kakak perempuan saya, dan otomatis mama tinggal hanya dengan saya. Yang kedua, saya insyaallah ingin menikah (aamiin) artinya, sebagai perempuan saya pasti dibawa keluar dari rumah oleh suami saya. Dan praktis, mama akan tinggal sendiri.
Mama bukan tipe orang yang bisa hidup sendirian. Mama senang tinggal bersama banyak orang. Saya tahu persis, sepeninggal papa, kemudian dua kakak saya keluat dari rumah (karena menikah) mama merasa kesepian.
Perkara pindah rumah ini bukan perkara sepele bagi saya dan keluarga saya. Beberapa kali mama utarakan dan bertanya pendapat saya. Dan saya selalu menjawab "kiky mah gimana mama, yang penting mama tinggal nyaman dan aman". Itu adalah jawaban saya yang alakadarnya. Padahal, untuk meninggalkan rumah ini, banyak hal yang akan berbeda tentu.
Saya tahu, lambat laun saya pasti akan pergi dari rumah ini. Mungkin juga hanya berkunjung sesekali, atau mungkin beberapa kali. Tapi rumah ini adalah rumah tempat masa kecil saya. Tempat saya menyimpan kenangan dengan papa. Saya belum terbayang, jika harus pulang tapi ke tempat yang berbeda. Misalnya, rumah baru. Rumah baru, pasti akan bertemu dengan lingkungan baru.
Pertimbangan saya tentang pindah rumah adalah Mama. Mama bukan tipe orang yang mudah bergaul, apalagi dengan orang baru. Apakah bisa mama nantinya hidup nyaman dengan lingkungan yang baru. Saya takut, ditengah perjalanan mama ingin kembali kerumah kami yang dulu. Pindah rumah, tak semudah pergi bertamasya.
Tapi, semua orang memang harus berpindah. Nabi pun bilang untuk hijrah, itu yang mama selalu bilang. Mama ingin hijrah ke tempat baru, mungkin dengan berpindah, kehidupan akan lebih baik. Dan sampai tulisan ini saya tulis. Perbincangan tentang pundah rumah adalah perbincangan yang tak pernah henti dibahas.