Aku selalu suka saat hujan datang. Bagiku hujan membawa
ketentraman, kebahagiaan. Paling tidak, hujan dapat membuat panas dahaga
kembali sejuk. Aku tak pernah bisa bayangkan jika tak ada hujan. Mungkin,
banyak orang akan marah-marah karena kepanasan. Tapi justru aku bingung dengan
manusia. Jika panas minta hujan namun jika hujan mereka justru marah-marah.
Bagiku hujan adalah surga kecil di bumi. Kamu bisa berlari-lari di bawah
tetesan air, gratis. tak perlu bingung membayar, layaknya di kolam renang.
Kebanyakan orang bilang dengan hujan kamu bisa menangis sekencangnya tanpa ada
yang tahu. Tapi seharusnya hujan membuatmu bahagia,bahagia hidup di bumi. Kamu
tahu banyak menunggu saat hujan untuk berbahagia. Buktinya ada sholat minta
hujan atau bahkan ada tarian pemanggil hujan. Pernahkah kamu mendengar ada
tarian pemanggil panas? Aku belum pernah. Karena hujan identik dengan rizki.
Soal banjir, itu bukan salah hujan. Bukankan di berbagai mata pelajaran sudah
dijelaskan bahwa banjir merupakan bencana alam yang di sebabkan oleh
tangan-tangan manusia? Jadi jangan menyalahkan hujan. Hujan itu penuh rahmat.
Katanya ketika hujan banyak malaikat turun ke bumi. Karenanya, berdoalah ketika
hujan. Berdoa sebanyak-banyaknya pada-Nya. Yang Maha segalanya.
Aku sempat ingin kamu seperti hujan. Datang membawa
kebahagiaan, tapi aku tahu hujan bersifat sementara tak permanen. Dia datang
ketika musimnya. Aku tak ingin kamu seperti itu. Aku ingin bahagiamu permanen.
Tak sementara.
Aku rindu menunggu hujan denganmu, Ketika doa dan harapan
kita panjatkan bersama, ketika kita saling bertatap dengan hujan. Ketika kamu
melindungiku dari hujan yang perlahan jatuh ke rambutku. Ketika itu, ketika aku
dan kamu masih menjadi kita.
(c) Rizky Purnama
Cirebon, 19 Juli 2014