Siapa yang tidak tahu
beasiswa Erasmus mundus? Erasmus Mundus adalah beasiswa berbasis dana hibah Uni Eropa
dimana penerima beasiswa dapat berkuliah di paling sedikit di 2 universitas dan 2 negara anggota Uni Eropa
yang berbeda dengan Ijazah double,
multiple, joint degree dan juga tunjangan yang sangat menggiurkan. Tapi
siapa sangka beasiswa Erasmus mundus diambil dari seorang bernama Desiderious Erasmus Rotterdamus, seorang Ahli
Theologi dan Humanis kebangsaan Belanda abad ke-15 yang belajar di sekolah
monastik terbaik di berbagai negara Eropa dan terkenal sebagai pelajar
terpandai pada masanya.
Ternyata, Belanda telah melahirkan banyak tokoh seperti Desiderious Erasmus Rotterdamus yang namanya
diabadikan untuk nama beasiswa bergengsi. Belum lagi banyaknya peraih nobel
yang berasal dari Belanda. Ataupun ilmuwan Belanda yang diakui dunia. Wah,
penasaran, apasih yang membuat Belanda dapat melahirkan tokoh-tokoh diatas?
Yap, salah satunya adalah sistem pendidikannya.
Sistem pendidikan yang dianut oleh Belanda adalah Problem Based Learning (PBL) yang saat ini diikuti Indonesia dan
Negara-negara lain. PBL atau pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran
yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi untuk belajar. PBL membuat Pembelajaran teacher centered berubah menjadi student centered, membuat siswanya
berfikir keratif, kritis serta inovatif. Adalah Maastricht University sebagi pioneer, pengembang dan ahli di bidang PBL selama lebih dari 35
tahun.
Kalau di flashback,
trnyata negara Belanda memiliki banyak masalah, masalah utama yang paling
signifikan adalah dataran yang rendah. Dataran rendah ini mengakibatkan
dua pertiga dari wilayah Belanda termasuk wilayah rawan banjir. Untuk
mengatasinya, pemerintah membuat tanggul, bendungan, dan kincir angin.
Pada tahun 1912
terjadi badai dan banjir besar. Sehingga Belanda membuat tanggul yang bernama Afsluitdijk,
dengan cara “mengeringkan air laut”, yang dapat menimbulkan masalah
baru bagi Belanda, namun dengan teknik modern, kegigihan, kerja keras dan
inovasi, Aufsluitdijk berhasil dibangun dan merupakan proyek
konstruksi bendungan yang luar biasa yang mampu membelah Laut Selatan.
Nah, inilah yang menjadi senjata
Belanda melawan banjir. Dan, tidak dapat
dipungkiri, tanggul, bendungan, kincir yang digunakan Belanda untuk mengatasi
masalah, justru menjadi daya tarik tersendiri bagi Belanda. Seolah, ketiga hal
tersebut menjadi ciri khas Belanda.
Masalah kompleks satu ini
menegaskan bahwa, Belanda mengatasi masalahnya dengan masalah, dan menjadikan
masalah sebagai sebuah solusi penyelesaiannya. Disini terlihat bahwa
kekokohan Belanda saat ini adalah hasil dari tempaan masalah alam yang dialami
negaranya secara menahun.
Walaupun PBL baru 35 tahun yang
lalu dikembangkan di Belanda, namun penyelesaian masalah lewat masalah ini
telah Belanda terapkan sejak ratusan tahun yang lalu, terlihat dari
inovasi-inivasi Belanda terhadap berbagai masalah negaranya. PBL dikembangkan
sangat baik di Belanda, dibuktikan dengan
banyaknya universitas riset yang ada di Belanda yang bahkan 85% diantaranya masuk dalam 200 universitas terbaik di dunia. PBL yang
awalnya diterapkan Universitas Maastricht di bidang kedokteran, sekarang dapat
diterapkan di segala bidang, dan bahkan dapat memajukan Negara Belanda. Dan Indonesia,
boleh loh menerapkan PBL, agar mahasiswanya dapat berfikir think out the box, sehingga
mahasiswa dapat menyelesaikan permasalahan Indonesia yang lebih runyam dibanding
Belanda J
"Karena jika masalah dibiarkan menjadi masalah akan tetap manjadi masalah, namun jika masalah diselesaikan dengan masalah dapat menjadi solusi yang menyelesaikan masalah." Berfikir global, bertindak local!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar