Aku ingin membacanya, membaca sekali lagi. Membaca bait-bait kata yang kau tuliskan untuku. Terlalu indah, bahkan hatiku sampai bergetar membacanya. Melihat bagaimana kita, dulu. Paling tidak kata-kata itu menjelaskan bahwa kita bahagia, dulu. Ya dahulu bukan sekarang.
Aku menangis. Hey, aku menangis bukan karenamu. Kamu tahu, aku sudah berjanji untuk tidak menangisimu lagi. Aku hanya menangisi kata-kata itu. Kata-kata yang pernah kau buat untukku. Terlalu manis kata-katamu, hingga membuatku terbang bersamanya. Aku menangisinya, sekarang. Bukan dulu.
Aku bahagia. Ya, aku bahagia membaca ulang kata-katamu. Membacanya seperti me rewind masa-masa itu. Saat aku dan kamu menjadi kita.Paling tidak aku pernah menemukan bahagia bersama kamu, itu saja.
Perlukah aku ucapkan terimakasih? Atau apakah aku perlu mengucapkan maaf? Kurasa tak perlu. Apa yang terjadi sekarang sudah menggambarkan pernyataan terimakasih dan maafku padamu, aku tahu kamu tahu. Aku tahu, sebelum kamu memberitahuku.
Lalu apa? Yang kutahu masa lalu tak akan pernah kembali, karena masa lalu akan tetap menjadi kenangan yang pasti akan dilewati. Kamu bisa, akupun bisa. Kamu tak hidup dalam masa lalu, akupun berusaha. Kamu sudah menemukan penggantinya, aku pun akan segera menemukannya. Percayalah.
Tapi perlu diingat. Tak semudah itu menghilangkan masa lalu. Aku memang tak hidup dalam masa lalu. Tapi aku perlu membiasakan diri untuk sadar, bahwa masa lalu itu kini sudah tiada.
Rizky Purnama
6 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar