Sesuai jadwal, aku di haruskan untuk check in prakondisi
tanggal 13 Agustus 2014. Sangat berat rasanya meninggalkan kampung halaman,
keluarga, teman-teman dan semuanya. Sebelum hari keberangkatan, aku resign dari
kantor. Aku berpamitan pada keluarga besar, anak-anak les. Teman-teman
semuanya. Isak tangis mengiringi keberangkatanku ke Bandung lalu ke tempat
tugas. Dengan koper dan tas besar aku menuju Bandung. Aku berangkat bersama
Maston gteman sekampusku. Hanya kami berdua yang mengikuti program sm3t.
Sampai di Bandung, aku bertemu Dea, orang yang pertama aku
kenal ketika Tes online. Aku juga satu kamar dormitory dengan Anggun dan Teh
Kiky. Mereka berdua jurusan Pendidikan Teknik Elektro UPI. Dan Alhamdulillah
mereka sangat baik kepadaku, seperti sudah lama aku mengenal mereka.
Prakondisi terbagi menjadi dua bagian, prakondisi indoor dan
outdoor. Prakondisi indoor dilaksanakan di Kampus UPI setiabudi. Prakondisi
indoor bisa dibilang prakondisi materi.
Banyak materi-materi yang diberikan seperti materi kependidikan, manajemen
sekolah dan kurikulum 2013. Dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore kami berada di
University Center UPI untuk menerima materi. Tapi kegiatan sebenarnya
berlangsung mulai jam 4 Pagi.
Karena…
Persoalan kamar mandi. Aku tinggal di kamar 2.16 di Isola
Dormitory UPI. 1 kamar terdiri dari 3 orang. Kamar mandi berada di luar,
diantara kamar 2.16 dan 2.17. Jadi, 1 kamar mandi digunakan untuk 6 orang yang
sama-sama akan melakukan kegiatan pagi yaitu senam pagi. Senam dilakukan dari
jam5-6. Lalu jam 7 kita mulai materi di UC lantai 4. Akhirnya kami (aku, Anggun
dan The Kiki) membuat kesepakatan dengan kamar sebelah untuk berbagi kamar
mandi, jadi kami mandi ada yang sebelum senam atau sesudah senam. Buru-buru?
Pasti. Saat prakondisi tidak ada yang tidak terburu-buru.
Senam. Sejak awal prakondisi, kami sudah harus bangun jam 5
pagi untuk melakukan senam yang dilatih oleh tim dari ARHANUDRI. Iya mereka
tentara. Awal prakondisi, dengan badan yang lelah dan cuaca Bandung yang mendukung
untuk menarik selimut, para tentara langsung meniup pluit nyaring untuk
membangunkan kami. Rasanya, ya campur aduk antara ngantuk, dingin, dan belum
mandi lalu disuruh berolahraga.
Prakondisi indoor tidak terlalu melelahkan kecuali saat kami
akan melakukan peer teaching. Sehari sebelum peer teaching kami diberikan
pelatihan menyusun RPP baru dengan kurikulum 2013. Hingga malam hari kami
mengerjakan RPP. Aku, Dea, Teh Kiki dan Anggun bahkan bergantian tidur. Jika
ada yang ketiduran, yang lain langsung membangunkan. Aku dan Anggun sampai
bolos senam. Lalu peer teaching apa kabar? Wallahualam. Dengan berbekal RPP
seadanya aku peer teaching. Dan komentar professor tentang cara mengajarku :
“ini belum kurikulum 2013, ini masih ekspositori”
7 hari melaksanakan prakondisi indoor, kami lalu
melaksanakan prakondisi outdoor. Prakondisi outdoor dilaksanakan di CIC
Parongpong Bandung. Semua barang-barang yang diberikan UPI harus dibawa saat
prakondisi. Dari mulai jas hujan, sepatu boot, sepatu keds dan masih banyak
lagi. Untuk prakondisi kami membawa tas-tas besar,. Bahkan ada yang membawa
kardus sepatu, tas besar sebanyak dua
buah, tapi untung tidak ada yang membawa koper.
Prakondisi outdoor kami dilatih oleh tim dari ARHANUDRI,
mereka tentara yang maunya dipanggil hulubalang. Hulubalang banyak terdiri dari
tentara muda yang (katanya) ganteng. Saat prakondisi outdoor kita tidak
diperkenankan membawa handphone, uang, makanan, dan juga jam tangan. Sampai CIC
pelatihan fisik dan mental dimulai…
Sampai di CIC, kami dibagi pleton dan tenda. Tenda perempuan
(yang dipanggil cantrik) berada di paling atas, dan tenda laki-laki (yang
dipanggil cakil berada di bawah). Hari pertama kami mulai dibiasakan dengan
suara peluit dan teriakan para hulubalang. Semua harus serba cepat dan tepat.
Bahkan makan, kami pun di waktu dan harus habis. Setiap kelompok tidak boleh
menisakan makanan sedikitpun. Aku ada di kelompok 6. Jadi kalau di kelompok
kami ada yang tidak menghabiskan makanan, anggota kelompok lain wajib
menghabiskan makanan tersebut.
Push up, sit up, lompat jongkok dan latihan fisik lainnya
sudah jadi makanan sehari-hari kami. Sebelum makan kami harus push up. Setelah
makan terburu-buru, kami harus berdiri jongkok. Untuk bersiul (buang air kecil)
dan bernyayi (buang air besar) kami juga diwaktu. Seperti dikejar waktu kami
harus berlari. Di prakondisi outdoor kami mendapatkan materi kepramukaan, uks
p3k, beladiri militer, baris-berbaris, survival, ketahan malangan dan masih
banyak lagi.
Kami dipaksa untuk hidup teratur. Hari kedua prakondisi,
hulubalang menginstruksikan kita untuk mencuci baju dan sepatu olahraga. Mau
tidak mau, malam hari selepas kegiatan, kami ramai-ramai mencuci pakaian dan
mencuci sepatu. Dingin? Sangat. Jam 10 malam kami mencuci dan membuat jemuran
darurat.. Selesai mencuci jam 12 malam, kami tidur dan harus bangun jam 4 pagi
untuk kegiatan esok hari.
Hari ketiga prakondisi kami dibangunkan oleh ledakan bom
yang sungguh dahsyat. Jam 12 malam, 5 buah bom meledak, yang terpaksa
membangunkan kami yang kalang kabut mendengar suaranya. Kaget, ada yang salah
memakai sepatu, ada yang tidak menggunakan topi dan nametag. Semuanya banyak
yang tidak memakai atribut lengkap. Panggilan bom ini merupakan panggilan untuk
fisik. Tengah malam kami disuruh push up, dan tindakan fisik lainnya. Tapi
ternyata bom itu memang benar adanya, para hlubalang merakit bom itu untuk
memberikan latihan pada kami.
Hari keempat juga kami dibangunkan dengan suara bom. Tapi
tidak sedahsyat yang kemarin. Sebelum melaksanakan sholat subuh, kami latihan
fisik terlebih dahulu. Malam harinya kami melaksanakan jurit malam yang
merupakan salah satu latihan ketahanmalangan. Tengah malam kami menyusuri hutan
tanpa membawa senter. Merinding, takut, ah semuanya. Semua kegiatan ini sangat
melelahkan. Tapi di akhir prakondisi, hulubalang melayani kita. Hulubalang
menjadi manis. Dan ini akan selalu diingat.
Malam hari sebelum pulang, ada acara panggung hiburan. Kami
semua bersuka cita di acara tersebut. Lepas itu, lanjut acara caraka malam.
Acara menjadi sedikit berbeda. Kami menangis, sadar bahwa ini prakondisi
terakhir, lusa kami akan berangkat ke medan perang penempatan tugas. Ada yang
terbang ke Kupang, ada yang ke Aceh, ada juga yang ke Anambas. Tapi kami tetap
satu, SM-3T UPI.
Hari kepulangan kami di UPI. Kami berfoto dengan hulubalang.
Karena kami tidak diperkenankan membawa handphone dan kamera digital, jadilah
handphone para hulubalang menjadi korban kenarsisan kami. Kami pulang dengan
berjalan kaki dari CIC-Parongpong ke UPI-setiabudi. Selama 4 jam kami jalan
kaki, akhirnya sampai di UPI. Dan kami mempersiapkan keberangkatan esok hari…