Aku sampai di Amfoang Barat Laut. Tepatnya di rumah dinas
Kepala Sekolah. Antara kaget sedih campur aduk rasanya melihat rumah yang akan
menjadi rumah tinggal sementara saya dan Nesya. Rumah tinggal (dinas) Kepala Sekolah
tergantung baru. Baru jadi minggu kemarin. Kepsek beserta keluarga juga baru
tinggal dirumah dinas minggu lalu. Kepsek beserta keluarga berasal dari Amfoang
Utara.
Rumah dinas kepsek ini beratapkan ilalang, beralaskan tanah,
dan berdinding bamboo. Kamar mandinya? Hanya bangunan persegi dari bamboo tanpa
atap dan tanpa pintu. Hari pertama kami datang, kami mandi di bawah sinar
rembulan. Terdengar romantic, namun menyedihkan. Seperti reality show jika aku
menjadi. Kemudian aku menangis. Entah kenapa. Tapi ini pilihanku kan? Aku harus
menghadapinya. Love your choice Ky!
Semua ini jauh, amat jauh dari ekspektasi. Saya fikir rumah
dinas/mess itu seperti kebanyakn rumah yang beralas keramik, berdinding tembok,
beratap genting. Tapi ini amfoang, daerah tertinggal. Rumah-rumah disini ya
memang seperti ini kebanyakan, rumah kayu mereka bilang. Jarak satu rumah
dengan rumah yang lainnya berjauhan. Satu kepala keluarga memiliki rumah dengan
halaman yang sangat luas. Biasanya mereka memiliki bangunan depan untuk rumah
tinggal dan ruang tamu, bangunan tengah untuk berkumpul, dan bangunan terakhir
biasanya dapur, dan terakhir kamar mandi seadanya.
Sampai dirumah dinas, kami disambut oleh mama kepala
sekolah, 3 orang anak yang masih kecil dan anak tinggal. Mama kepala baik
sekali, beliau tak mangizinkan kami menimba air. Semuanya beliau sediakan. Mama
kepala menyiapkan makanan untuk kami, beliau potong ayam dan membeli ikan. Saya
ingat, saya tidak boleh memakan ayam yang disembelih tanpa menyebut nama Allah.
Saya urung makan tersebut.
Ah, kehidupan setahun akan begini. Semoga semuanya berjalan
lancer, dan semua orang baik kepada kami. Aamiin.
Bismillahirrahmanirrahiim. Luruskan niat…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar