Bagi kami guru pedalaman yang baru hijrah dari kota ke desa,
pasti ada kalanya dimana perasaan jenuh dan bosan muncul. Bosan dengan
kesepian, rindu dengan hingar bingar keramaian. Terkadang rasis, rindu
teman-teman satu suku yang sama-sama dari Jawa.
Aku memberitahu akan hal ini, kala itu aku dan Nesya dalam
keadaan sebosan-bosannya. Lalu tercetuslah ide untuk piknik, bersama
teman-teman se-kecamatan. Kami pun mengirim surat pada Ayu dan Irvan yang ada
di Saukibe, Dani dan Fitrah yang ada di Leonai. Kalau mengirim usrat ke Ayu dan
Irvan kami bisa kapan saja, banyak anak murid yang berasal dari Saukibe, kami
tinggal titip saja. Masalahnya adalah kirim surat ke Leonai tempat Dani dan
Fitrah. Leonai adalah tempat terjauh di Kec. Ambal. Banyak juga anak murid yang
berasal dari sana, tetapi mereka kebanyakan tinggal di desa dekat sekolah,
mereka akan kembali ke Leonai jika weekend. Mau tidak mau kami menitipkan surat
pada salah satu murid hari Sabtu, dan berpesan untuk membalas sesegera mungkin
yaitu hari Senin. Surat balasan diterima. Teman-teman lain setuju untuk
mengadakan piknik ke pantai desa Soliu, Minggu depan hari Minggu selepas
gereja.
Hari Minggu pun tiba, Nesya pergi ke gereja dan aku
siap-siap. Masak nasi, masak air, dan membuat jeli. Kami sudah membeli ayam,
tapi ragu untuk mengolahnya, karena sudah hampir siang teman-teman yang lain
tak kunjung datang. Jangan-jangan tidak jadi, pikirku. Sayang-sayang, sudah
masak nasi banyak.
Tunggu-tunggu, ternyata jam 1 siang mereka baru tiba. Mereka
kaget, karena ternyata aku dan Nesya (sebagai tuan rumah) belum mengolah ayam
bahkan aku belum mandi. Mereka (yang lelah karena telah berjalan kaki
berkilo-kilo) ngambek dan mau tak mau turun tangan membantu aku dan Nesya
mengolah ayam dan makan lainnya. Aku membungkus nasi dengan daun, seperti nasi
timbel. Ayam ungkep (mau dibakar di pantai), kentang goreng, dan jelly sebagai
penutup.
Setelah makanan siap kami bergegas ke pantai, karena waktu
menunjukan sudah hampir sore, bisa-bisa nanti pikniknya hanya sebentar. Perjalanan dari tempatku ke pantai kurang
lebih memakan waktu 15-30 menit, ditambah omelan teman-teman karena pikniknya
melelahkan.
Sampai pantai, kami langsung mulai membakar ayam smabil
bercerita, Nesya dan Dani langsung pergi ke pantai untuk berenang. Inilah
esensi piknik, bukan tempatnya, bukan makanannya. Tapi cerita kebersamaannya.
Rasanya menyenangkan pergi bersama rekan-rekan senasib, menceritakan kehidupan
di penemoatan, saling member nasihat, saling menguatkan dan bahkan saling
mentertawakan.
Matahari mulai turun, dan waktunya kita kembali ke tempat
tinggal.
Setelah piknik hari ini kami memutuskan untuk menjadwalkan
piknik tiap bulan. Karena piknik itu asik!
kalau jauh dari rumah, teman memang bisa menjadi obat :) ditunggu kisah-kisah piknik selanjutnya
BalasHapushttp://petitecovered.blogspot.com/
hihi bener banget mbak, terimakasih sudah mampir :)
BalasHapus