Cerita SM-3T telah berakhir, tulisannya sudah ku rangkum
disini. Sekarang aku akan memulai chapter baru yaitu PPG alias Pendidikan
Profesi Guru yang biasanya diplesetkan menjadi Pondok Pesantren Guru.
Agustus 2015 kemarin, kami (peserta SM-3T angkatan IV),
pulang ke daerah asal. Enam bulan masa transisi (pengangguran) dihabiskan
dengan berbagai macam kegiatan ada yang menjadi traveler, ada yang kerja
kantoran, ada yang mengajar, ada juga yang hanya makan dan bobo cantik alias
menganggur.
Aku pun demikian, enam bulan pasca SM-3T kuhabiskan dengan
mengajar privat, menjaga toko kakaku, dan jalan-jalan. Rasanya agak kaget
mengingat kehidupan yang serba bebas di penempatan, lalu pulang kerumah dengan
kebiasaan yang berbeda, budaya yang berbeda, dan karakter yang berbeda. Jenuh
dan bosan itu pasti, namun mau apa lagi. Ingin kerja yang terikat pun bingung,
karena program PPG pasca SM-3T yang rumornya dimulai bulan Maret.
Enam bulan berlalu, tepatnya bulan Februari (kebanyakan)
anak SM-3T mengalami kegalauan akan PPG yang tak kunjung memberikan kabar
kepastian, ibarat digantung pacar mau putus atau lanjut, begitulah kira-kira
pemerintah menggantungkan nasib kami. Berita Hoax pun bermunculan, dari mulai
katanya diundur tahun depan, bulan Juni, bahkan katanya PPG ditiadakan. Semua
panik, semua bingung, semua galau.
source : google |
Sampai akhirnya ada angin segar pada awal Maret, mengenai
info PPG. Hari-hari berlalu, makin lama hilal PPG makin jelas. Plotingan
penempatan keluar, peserta disebar ke berbagai LPTK seluruh Indonesia. Aku
sendiri kembali ke LPTK dimana aku daftar, UPI Bandung. Padahal aku berdoa
mendapat LPTK lain, namun doa Mama mengalahkan segalanya. Registrasi online
selesai, registrasi kampus selesai, saatnya berangkat ke tempat tujuan selama
satu tahun, Bandung. Tempat yang kata Pidi Baiq bukan hanya masalah geografis
namun juga melibatkan perasaan.
Tanggal 15 Maret aku berangkat bersama ketiga temanku yang
berasal dari Cirebon. 7 jam perjalanan Cirebon-Bandung (entah kenapa lama sekali)
akhirnya kami sampai di asrama. Kenapa asrama? Jadi PPG ini adalah program
berasrama, selama satu tahun, dan katanya asrama UPI adalah asrama yang paling
ketat.
lorong asrama |
Asrama kami terletak di paling belakang, terdiri dari empat
lantai, putra di sayap kiri dan putri di sayap kanan. Aku mendapatkan kamar di
lantai 4, mungkin Allah mengijabah keinginanku untuk menurunkan berat badan.
Teman asramaku Sari dan Ulfa, yang sudah kukenal sebelumnya, mereka berasal
dari LPTK UPI dan prodi matematika, sama sepertiku. Lalu aku berdoa “Ya Allah,
semoga kehidupan asramaku bersama mereka, bisa berjalan berdampingan tanpa
selisih paham yang berarti. Bisa menjadi keluarga disaat jauh dari keluarga,
dan bisa menghangatkan udara Bandung yang dingin” Aamiin.
kamar mandi |
Setiap lantai di asrama memiliki dua lorong, masing-masing
lorong memiliki enam kamar mandi yang terdiri dari tiga wc dan tiga kamar
mandi, satu pantry, dan jemuran. Satu lorong terdiri dari enam kamar. Kamar
kami terdiri dari tiga kasur plus ranjang, dua lemari, dua meja belajar, dan
tiga kursi.
kamarku~~~~~ |
Keesokan harinya dimulailah orientasi PPG Pasca SM-3T. Semacam
ospek tanpa plonco, Orientasi berjalan tiga hari memulai perjalanan satu tahun
ini. Orientasi seperti layaknya duduk kuliah, mendengar materi, kemudian makan.
Ha-ha, diawali dan diakhiri dengan Kartika Sari dan ditengahi oleh jajanan
pasar.
Setelah Orientasi, kami mulai memasuki perkuliahan yang
sesungguhnya. Kami harus mulai beradaptasi dengan cuaca Bandung yang tiap sore
hujan, air yang sangat dingin dan makanan manis. Kemudian aku berdoa lagi "Ya Allah, semoga dalam setahun ini semuanya berjalan lancar, diberi kecerdasan, memahami materi yang diberikan, lulus dengan baik dan seperti tujuannya menjadi guru profesional" Aamiin. Yap, Selamat datang di Pondok Pesantren Guru!
Waaah salam kenal ka. Sy nurul alumni pendidikan matematika. Sm_3t di kab. Karimub. Ka boleh mnta kontak nya kirinkan ke email nurulayumuliawati@gmail.com .
BalasHapus