Hidup memang suatu pilihan. Tapi bagaimana jika kalian yang menjadi suatu pilihan. Bukan pilihan utama melainkan pilihan kedua. Pilihan yang sebenarnya tak akan dipilih, namun hanya diberi harapan untuk dipilih. Bagaimana jika kalian seperti itu? Bagaimana jika pada akhirnya harapan patah karena dia lebih memilih (pastinya) pilihan yang pertama?
Jika diibaratkan antara pilihan
pertama dan kedua seperti Bunga, mungkin begini jadinya:
Seseorang akan menanam dua bunga
pada waktu yang berbeda. Pertama, dia menanam bunga A. Selang beberapa waktu
dia menanam bunga B.
Bunga A berasal dari bibit yang
baik, disiram setiap hari. Dan tumbuh seiring berjalannya waktu, hanya perlu
matahari dan air bunga tersebut tumbuh baik. Merekah dan indah. Sampai dikiranya bunga itu akan dipelihara terus
menerus, dan dirawat terus menerus.
Selang beberapa waktu dia menanam
bunga B.
Bunga B berasal dari bibit yang
baik, disiram dan diberi pupuk setiap hari, ditambah vitamin-vitamin pendukung.
Dan bunga tersebut tumbuh lebih pesat dibanding bunga A. Tumbuh lebih merekah
dan lebih indah dibanding bunga A. Bunga itu tumbuh baik bukan hanya karena
matahari dan air saja, namun juga ditambah pupuk dan vitamin-vitamin pendukung.
Lalu ketika harus memilih, dia
pasti akan memilih bunga yang lebih cepat pertumbuhannya dibanding bunga alami
yang lama pertumbuhannya. Belum lagi pendukung-pendukung yang membuatnya
semakin merekah.
Pada akhirnya dia memilih bunga
B, dan bagaimana nasib bunga A? Bunga yang terlanjur merekah itu dia buang
begitu saja, tanpa memikirkan bagaimana jika dia mencari faktor pendukung lain
agar bunga A cepat merekah. Dirinya begitu saja memutuskan, tanpa berusaha.
Dirinya begitu pasrah untuk memilih bunga B. Terlalu cepat, mungkin hanya
karena melihat pertumbuhannya.
Tapi lagi-lagi itu pilihan sang
penanam bunga. Hak preogratifnya untuk memilih. Mau berusaha atau tidak,
bukankah yang lebih cepat justru lebih baik? Untuk apa berusaha lebih untuk
hasil yang belum pasti juga nantinya. Lebih baik melihat yang sudah ada,
kemudian langsung memilih. Perkara Bunga A, sudah dibuang, ya sudah. Bukankah
hanya sebuah bunga?
Seperti itu analogi pilihan.
Bagaimana jika kalian menjadi bunga A? Disiram terus menerus, namun dibuang
begitu saja pada akhirnya. Tidak diperjuangkan atau memang tak ingin berjuang.
Sakit? Kecewa? Patah? Begitulah nasib menjadi pilihan, dipilih atau
ditinggalkan, dibuang atau diperjuangkan.
“Jangan berharap pada manusia, karena pada akhirnya kamu akan kecewa.” – Ali bin Abi Thalib
Pesan moral : Jika menjadi pilihan,
jangan sedikitpun berharap. Berharap akan menimbulkan kekecewaan. Kekecewaan
akan menimbulkan kesedihan dan pastinya penyesalan.
“Ketika seseorang benar mencintaimu karena agama, dia akan memperjuangkanmu sebagaiman yang dianjurkan agama” - @jalansaja_
------- Mungkin memang dia tak
ingin berjuang, karena kenyataannya dia tak mencintaimu
“Akan ada, dan pasti ada. Orang yang bisa menerimamu sedemikian rupa” – Kurniawan Gunadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar