Setelah 2 hari tinggal di rumah Bapa kepsek, aku dan Nesya pindah ke dekat rumah bapa desa. Mereka
bilang agar kami lebih bebas hodup sendiri disni.Bebas disini maksudnya bebas
dengan kebiasaan masing-masing dan makanannya, mereka takut kami tidak cocok
dengan makanan mereka, dan untukku mereka bilang agar aku dapat bebas
beribadat, tanpa terganggu.
Sore hari setelah pulang sekolah aku, Nesya dibantu teman
guru dan beberapa siswa “pindahan” ke tempat tinggal baru kami. Tempat tinggal
baru kami letaknya masih satu komplek dengan rumah bapa desa. Jadi di sebelah
rumah bapa desa itu ada kios fotocopy, bentuknya persegi panjang, kemudian
disekat, sebelah kiri untuk fotocopy dan sebelah kanannya untuk tempat
penyimpanan beras. Nah kami akan tinggal di “bekas” tempat penyimpanan beras.
Dindingnya sudah tembok, lantainya sudah semen dan atapnya sudah seng. Dan yang
paling penting sumur dekat dan kamar mandinya sudah ada pintunya.
Dengan cekatan warga membantu pindahan kami. Disana sudah
disediakan ranjang, awalnya tanpa kasur. Mereka pikir kami sudah bawa kasur
sendiri. Nesya memang membeli kasur lipat, tapi karena ksurnya tidak cukup
besar akhirnya mama desa memberi kami kasur lengkap dengan bantal dan
gulingnya.Tempat tinggal kami berukuran
sekitar 4 x 5 m. Disudut kamar kami gunakan untuk memasak.
sebelah kanan tempat fotocopyan, sebelah kiri yang pintu kebuka tempat tinggal kami |
ini di dalamnya |
Setelah selesai beres-beres, kami mengobrol di bawah pohon
beringin depan rumah. Ini yang membuat aku agak ngeri awalnya, pohon beringin
besar di depan rumah. Lalu aku dikenalkan dengan keponakan bapa desa yang
merantau di Cirebon. Kak Ale namanya. Beliau tinggal di Cirebon, sedang main ke
Amfoang ((((main)))). Haha maksudku ada perlu disini.
“Cirebonnya dimana Ka?” Aku penasaran bertanya padanya
“di Perum, Kalijaga” jawabnya.
Aku kaget sekaligus bersyukur. Paling tidak aku menemukan
orang yang rumahnya dekat denganku di tanah rantauan. Walaupun lahir disini, tapi kak Ale besar dan kerja di Cirebon,
sampai menikah dan punya anak di Cirebon. Kak Ale memang cukup sering pergi ke
tanah kelahirannya ini, paling tidak setahun sekali beliau pulang.
Aku senang, kan jadi nanti jika beliau pulang, beliau bisa bilang pada mama bahwa anaknya baik-baik saja. Sedikit banyak itu akan mengurangi kekhawatiran mama kan? Alhamdulillah, Allah memang Maha baik J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar