Bulan Januari banyak yang bilang adalah bulan dimana musim
hujan datang. Di Indonesia yang hanya memiliki dua musim yaitu hujan dan panas,
bagiku ya musim hujan biasa saja. Tapi beda disini, musim hujan adalah musim
yang dinanti. Musim dimana pengharapan baru muncul.
Aku mengalami hujan yang dahsyat saat disini yang
mengakibatkan bencana banjir. Saat itu pagi hari hujan besar datang, ya musim
hujan hujan besar datang ya wajar. Tapi hujan kali ini beda. Hujan besar yang
datang , angin bertiup kencang sampai membuat pepohonan tumbang, awan hitam
penuh mengelilingi langit, tak ada cahaya matahari, dan petir yang menggelegar
membuat bulu romaku berdiri. Kala itu aku takut. Bayanganku sudah seperti di
film Hollywood dimana ketika hujan besar seperti itu nanti atap rumah akan
terbang dan aku juga ikut terbang terbawa angin, oke itu hujan besar apa angin
tornado (?)
Saat hujan besar seperti ini rasanya susah untuk sekedar
mencuci piring atau pakaian, bahkan untuk sekedar pergi ke kamar mandi. Maklum,
kamar mandi ada di luar rumah, berjarak lumayan. Mau tidak mau harus memakai
paying, belum lagi genangan air di sepanjang jalan, alhasil kutu air
menghinggapi kakiku. Belum lagi harus timba air, bingung mau pegang payung atau
mau timba air. Disitu aku merasa menyedihkan.
Aku lalu bertanya pada Bapak kapan hujan berhenti. Bapak
bilang jika menurut perhitungan adat hujan akan berhenti setelah 2 hari 2
malam, atau 4 hari 4 malam, atau 8 hari dan 8 malam, dan seterusnya. Buset
kalau begini cucian piring sama pakaian gue apa kabar.
Hujan besar disertai angin begini membuat bingun “What
should I do?” Ketika laptop nyala bisa saja akmi menonton film, tapi listrik
padam dan barterai laptop sudah habis. Hujan begini juga membuat sinyal hilang.
Tower pasar tidak ada hujan dan angin saja tak ada sinyal apalagi hujan begini,
bahkan tower sinyal di kecamatan sebelah juga rusak. Jadi aku dan Nesya
menghabiskan waktu dengan duduk ngobrol bercerita, kalau tidak tidur lagi.
Setelah hujan agak reda, aku bersiap ke sekolah mandi dengan
air hasil timbaan yang berburu dengan hujan. Disekolah baru aku guru yang
datang, anak sekolah juga bisa dihitung dengan jari. Katanya memang biasa
seperti ini kalau hujan besar ya sekolah diliburkan. Sekolah juga tak ingin
mengambil resiko, bisa saja musibah sewaktu-waktu terjadi. Jadi aku memimpin
apel, menggabungkan kelas, ketika hujan besar datang kemabli aku
memulangkannya. Aku sendiri juga takut kalau hujan datang speerti itu.
Sabtu, 24 Januari 2015
Hujan tak berhenti walau hanya sesaat. Piring-piring yang
belum dicuci mau tak mau kami cuci dengan hujan-hujanan. Anak SD pulang awal,
anak SMP pun juga demikian. Dan aku masih menunggu hujan agak reda untuk pergi
ke sekolah. Namu, nampaknya hari ini hujan tidak akan reda. Tahu air yang
tumpah dari ember? Begitulah kira-kira gambaran hujan pada hari itu.
Siang harinya banyak warga yang mengungsi ke Balai Pertemuan
Desa. Kali meluap katanya sampai masuk ke pemukiman. Bapa bilang ini baru
terjadi lagi, dulu pernah terjadi ketika tahun 2002. Gilak, ini sudah bisa
dibilang bencana. Bapak mulai sibuk pergi melihat lokasi. Aku berdiam diri saja
di kamar, takut. Membayangkan kalau sampai banjirnya sampai sini. Sekitar sore
tiba-tiba hujan berhenti dan awan kembali terang.
Usut punya usut, siang tadi ada dua orang yang meninggal
terbawa banjir. Menurut kepercayaan disini kalau kali sudah memakan korban,
maka hujan akan berhenti. Wallahualam. Percaya gak percaya sih tapi
kenyataannya gitu. Langsung berhenti banget. Kebayang kalau hujannya masih
samapi sehari lagi aja, pasti tempat tinggalku juga kebanjiran.
Bencana ini membuat banyak rumah apalagi yang dekat dengan
kali rusak terendam banjir. Rumah-rumah bundar terseret air banjir, hewan
ternak juga ikut terbawa banjir. Dan yang lebih parah adalah sawah yang sudah
ditanami padi dan jagung ikut terendam air membuat gagal panen. Jalanan juga
banyak yang putus. Ah, banjir ini memang menakutkan sampai memakan 2 korban.
Alhamdulillah Tuhan masih melindungikku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar