Sudah satu minggu aku berpuasa disini, sendirian. Kesibukan
Glori Cup membuatku tidak bisa pergi kemana-mana. Aku ksepian makan sahur dan
buka seorang diri. Aku rindu ramadhan yang sesungguhnya dimana semua orang
bersuka cita menyambut dan melaksanakannya, tapi disini berbeda ya mereka bukan
dari golongan agamaku. Ramadhan tak seperti dulu.
Aku pun memutuskan untuk pergi ke naikliu, kecamatan sebelah
yang memiliki masjid. Disana juga ada Menik dan Uyun teman SM3T-ku. Aku ijin
susah payah ke Bapa desa, dan ketua panitia. Semua oke, asal jangan terlalu
lama. Pikirku yang penting aku jalan dulu saja, urusan pulang ya bisa
nanti-nanti lah.
Bersama Pak Yan aku jalan ke Naikliu. Rasanya excited.
Ramadhan memiliki temam, mendengar suara adzan dan shalat berjamaah. Sampai di
naikliu, justru aku sedih. Beginilah memang puasa di tanah rantau bersama
teman-teman.
Naikliu merupakan kota kecamatan, yang lebih maju dibanding
desaku. Disini listrik PLN 12 jam, yang berarti ketika sahur masih ada listrik,
tidak perlu repot meminjam TS.
Memasak makanan berbuka bersama, saling bercanda riang,
tidur, atau mengaji bersama. Ini semua menyenangkan, memiliki saudara sesame
muslim yang membuat aku tak kesepian lagi.
“Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar