Menyambut hari ulang tahun Gereja Lahai Roi Manufui, akan
diadakan turnamen sepak bola se-klasis amfoang utara, Glori Cup III namanya.
Seperti biasa hari Minggu adalah harinya mencuci. Nesya
pergi ke Gereja, aku beres-beres kamar. Selepas Ibadah aku dan Nesya diajak
untuk mengikuti rapat pembentukan panitia Glori Cup. Ini acara gereja, tapi
bagiku sah-sah saja selama tidak mencampur baurkan akidah, toh ini hanya acara
turnamen sepakbola. Rapat berjalan, Nesya menjadi Sekretaris dan aku menjadi
koor dokumentasi. Aku senang-senang saja, paling tidak kehidupanku di kampung
tidak monoton, maksudnya ada kegiatan lain selain mengajar.
Selepas aku liburan paskah, di kampung mulai disibukkan
dengan persiapan kegiatan Glori. Rapat ini rapat itu. Mulai dari tugasku
sebagai koor yang tiba-tiba merangkap menjadi publikasi. Aku yang (agak)
sedikit bisa photosop, didaulat untuk membuat ini itu. Hari-hari menjelang
turnamen, aku begadang terus menyelesaikan tugasku. Kadang sampai tidur di
rumah orang karena persiapan ini. Tapi bagiku ini menyenangkan karena aku bisa
kenal dengan pemuda Oelfatu yang mengasyikkan. Kegiatan paling menyita waktu
adalah Dana dan Usaha, kita berjualan di pasar pagi hari untuk mencari dana.
Tapi ini yang aku salut, semuanya benar-benar berpartisipasi dalam acara ini.
Bahkan Pa Pendeta sebagai ketua majelis sangat all out dalam turnamen ini.
Turnamen dibuka pada tanggal 20 Agustus which is aku sedang
puasa. Yap Turnamen ini dilaksanakan 3 minggu selama bulan puasa. Bahkan Remaja
Masjid Naikliu pun turut serta. Saat pembukaan aku didaulat ikut serta dalam
menyambut tamu, Aku mengenakan pakaian adat, dan ini kali pertamaku mengenakan
pakaian adat Timor. Semua orang takjub. Aku lebih merasa seperti Ibu pejabat
karena pakaian yang kugunakan, kebaya, sarung, kerudung. Berasa istri anggota
DPR. Wkwk.
Selama tiga minggu turnamen dilaksanakan. Dan selama tiga
minggu aku puasa di kampung. Biasanya acara dimulai pada jam 3 sore. Jadi aku
habis ashar datang ke lapangan, lalu jam 5 pulang untuk buka puasa, setelah
buka kembali lagi ke lapangan untuk evaluasi. Tapi yak arena acara ini puasaku
sungguh tak berasa, tau tau sudah pagi, tau tau sudah buka lagi. Mereka
menghormati sekali aku yang sedang puasa. Kadang, kalau aku magrib masih disana
mereka berteriak “Ibu Kiky su buka ko belum?”.
Pertandingan selama tiga minggu ini amat sangat seru dan
ramai. Untuk sekelas pertandingan antar kampung, bagiku Pemuda Desa Oelfatu
menyajikan turnamen yang super Waw. Mulai dari sponsor, acara, pertandingan,
aturan dsb. Alhamdulillah acara lancar. Dan aku mendadak suka dengan sepak
bola, walaupun tidak mengerti aku terhanyut dalam Euphoria turnamen.
Di babak final dilakukan penarikan undian kupon berhadiah
sebagai kegiatan danus. Acara penutupan malam hari dan aku didaulat sebagai MC.
Padahal aku belum pernah jadi MC di depan banyak orang. Bayangkan se-kecamatan
tumpah ruah di lapangan. Mereka bilang biar terlihat lintas agama. Aku mau tak
mau harus mau.
Alhamdulillah, turnamennya lancar jaya walaupun ada sedikit
drama. Tapi ini menjadi salah satu pengalaman berharga bagiku bekerja sama
dengan mereka. Esok hari setelah penutupan, aku merasa sepi. Euphoria masih
ada, tapi acara sudah berakhir.
Ah, Glori juga membuatku dekat dengan para pemuda desa. Yang
semula tak kenal jadi saling kenal. Yang semula tak sapa jadi saling sapa.
Terimakasih, semoga kehadiranku dapat bermanfaat aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar