Aku tinggal di dekat Bapa Desa, dan aku bersyukur tinggal
disana. Bapak adalah sesosok pemuda yang semangat membangun desanya. Dengan
kumis sepotong macam hitler Bapak justru tak ada hitlernya. Bapa amat sangat
baik. Seperti kepadaku, Bapa menerima orang baru yang ingin memajukan Desanya.
Dia bilang harus menghargai orang yang jauh-jauh datang untuk membuat pintar
anak disini. Bapak memang bukan sarjana, tapi kalau sudah ngobrol sama Bapak,
sarjana juga kalah pintarnya. Bapa memang gaptek, tapi dia tidak malu mengakui
dirinya yang gaptek, Bapak tak segan meminta tolong padaku, bahkan kadang minta
tolong padaku untuk mengajarkannya.
Bapak memiliki cirri khas, yaitu tertawanya. Sepanjang satu
tahun disini aku tak pernah melihat Bapak seharipun tidak tertawa. Bahkan
kadang aku yang bingung ini Bapak tertawa atau sedang marah. Tapi Bapak kalu
marah juga serem. Hihi. Ciri khas yang lain adalah sirih pinag. Bapak merupakan
“sirih pinang addict”. Bisa stress kalau tidak ada sirih pinang dan tembakau.
Makanya bibir Bapak selalu merah gonjreng. Bapak juga yang menghadiahi aku
sirih pinang ketika aku ulang tahun. Kalau kemana-mana tas Bapak selalu Mama
isi bekel, apa bekelnya? Ya sirih pinang.
Seperti kebanyakan orang disana, Bapak hobi bercerita. Dan
aku hobi mendengarkan cerita Bapak. Bahkan teman-teman SM3T yang berkunjung ke
desaku menjuluki Bapak sebagai “Bapak Asik” atau “Bapaknya kita semua”. Karena
tiap ada temanku yang abis berkunjung pulang ke penempatannya Bapak selalu
bilang “Hati-hati ibu, jangan lupa pulang kesini ya.” Makanya aku merasa memiliki seorang Bapak
disini.
Sebagai Kepala Desa, Bapak sangat totalitas dalam melayani
masyarakat. Bahkan kadang aku dan Mama yang ribut karena Bapak kerja tak tahu
waktu. Bayangkan kadang ada warga desa yang malam hari minta ini itu, Bapak
tetap melayani. Belum lagi rapat ini itu yang menghabiskan waktu berjam-jam.
Atau orang laporan yang membuat denda adat Bapak juga harus duduk berjam-jam
dengan masyarakat. Ah Bapak, seharusnya Kepala Desa bekerja 8 jam, Bapak malah
24 jam. Bapak hanya bilang “Pelayanan harus dengan sepenuh hati to Ibu.”
Temanku sampai bilang “Kalau Bapak jadi calon presiden, kami siap jadi tim
suksesnya.”
Itulah Bapak yang bercerita tanpa habis. Yang memiliki
cita-cita setinggi langit. Yang ingin anaknya sekolah tinggi tidak seperti
dirinya. Ah Bapak, kadang aku iri dengan keikhlasan dan ketulusannya dalam
mengabdi. Yang sehat-sehat terus ya Pak. Semoga Bapak bisa jadi anggota DPR
sesuai cita-cita Bapak. Mudah-mudahan seperti yang Bapak bilang “Ibu, biasanya
orang yang pernah mengabdi di Oelfatu selepasnya dia akan menanjak dalam
karirnya.” Aku aamiin kan Pak.
Sampai ketemu lagi Pak. Semoga aku bisa bertemu Bapak lagi.
Terima Kasih Pak atas ilmu yang diberikan, semoga Bapak selalu diberi berkat
lebih oleh Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar