Pernah lihat berita di televise kan? Banyak kriminalitas
yang terjadi di sekitar kita. Seperti pencurian, perampokan, dsb. Disini, di
desa Oelfatu tempat saya tinggali juga banyak tindak kriminalitas, tapi bukan
pencurian. Justru di desa Oelfatu adalah desa yang paling aman dari pencurian,
taroh apa saja dimana saja tak akan hilang. Pengalaman, rumah tempat tinggal
kami itu jarang sekali dikunci, tapi Alhamdulillah tidak pernah ada yang
hilang. Tahu kenapa? Jadi dulu, katanya pernah ada yang mencuri daging kering
di rumah Bapa Pendeta, beliau sudah mengumumkan “siapa yang mengambil harap
dikembalikan”, tidak ada yang mengaku, sampai keesokan harinya, orang yang
mencuri itu meninggal. Akhirnya semenjak setelah itu, tidak ada lagi tindak
pencurian disini.
Nah masalah yang saya maksud adalah masalah kekerasan. Tahu
dikarenakan apa? Tidak lain dan tidak bukan dikarenakan minuman keras. Rumah
tinggal saya di sebelah Bapa Desa, dan semua masalah yang ada disini akan
diselesaikan oleh Bapa Desa. Kadang masyarakat tidak pergi ke polisi melainkan
ke Bapa Desa. Yah terkadang apparatur kemananan useless. Bapa desa selaku
pemimpin adat biasanya memutskan denda adat.
Beberapa masalah yang saya temui adalah masalah kekerasan
rumah tangga. Berkali-kali ada mama-mama yang datang ke kantor desa dengan muka
lebam bekas tonjokkan benda tajam dan benda tumpul, bahkan ada yang sampai
bercucuran darah. Kenapa sampai terjadi KDRT? Biasanya oknum suami sedang mabuk dan akhirnya mulai melakukan
kekerasan kepada korban. Setelah korban datang nanti akan di bawa ke pos
polisi, tapi ujung-ujungnya masalah akan diselesaikan oleh bapa desa.
Selain KDRT, masalah yang paling sering bapa desa selesikan
adalah masalah makian. Biasanya yang memaki adalah orang yang sedang mabok. Ya
namanya orang mabok, tidak sadar dengan semua perbuatan dan ucapannya. Ketika
mabok, sang oknum mulai mengucap yang tidak-tidak, berkata kasar bahkan memaki
yang nantinya akan membuat perselisihan. Perselisihan yang nantinya akan
membutuhkan perdamaian.
Bertempat tinggal pas bersebelahan dengan Bapa Desa membuat
kami sedikit banyak mengetahui tentang masalah masalah. Disini, biasanya jika
oknum dan korban tidak mau membawa perkara ke kepolisian, cukup pergi ke Bapa
Desa nanti akan dikenakan denda adat istilahnya buka tutup meja. Denda adat ini
bisa menghabiskan waktu dan ber jam-jam, pernah bahkan dari pagi sampai malam,
sampai keesokan harinya lagi. Denda bermacam-macam, ada berupa uang, selimut
atau ternak. Dan paling sedikit denda adat adalah selimut, yang seharga Rp. 600
ribu. Ketika denda adat sudah diputuskan, mau tak mau sang oknum harus membayar
hari itu juga.
Aku terkadang sampai bosan melihat Bapak menyelesaikan
masalah yang tak kunjung selesai. Tapi ini memang tugas kepala desa. Bahkan,
ketika musim hujan dimana semua orang sibuk bertani,Bapak menghimmbau warganya
untuk tidak membuat masalah, selain ketika musim hujan warga tidak mempunyai
uang, Bapa juga ingin bertani seperti yang lain. Bahkan aku dan Bapak pernah
membuat jargon “Kalau gak punya uang jangan membuat masalah”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar