Nanti hari Rabu dan Kamis ada pemeriksaan gratis dari
dokter-dokter Perancis, di Puskesmas dan gratis. Begitu pengumuman di desa yang
aku dengar. Aku bersama warga desa turut dalam euphoria menanti para dokter
tersebut. Di benakku hanya satu, Perancis, Negara yang sangat aku ingin
kunjungi. Memang tujuan utamanya memang mau berobat dan konsultasi tentang
batukku yang tak kunjung sembuh, selebihnya? Mungkin aku bisa berbincang dengan
mereka, terus diajak deh ke Perancis *Loh?
Rabu pagi aku dan Nesya ke Puskesmas, belum mandi langsung
berangkat. Kan emang orang sakit. Haha. Sampai sana, memang nampaknya hanya
kami yang belum mandi, muka kucel dan memakai baju tidur. Oke abaikan. Di
Puskesmas, ternyata para dokter belum datang. Kami bersama “pasien” yang lain
menunggu dengan sabar, sampai rombongan datang. 12orang dokter dari Perancis
dan 2 orang penerjemah? Nahloh, 12 orang dengan hanya 2 penerjemah. Mungkin
sudah banyak yang mengetahui kalau kebanyakan orang Perancis kurang memahami
bahasa Inggris. Disitu kehebohan mulai terjadi.
Adanya kesalahpahaman dengan staff Puskesmas dan para dokter,
justru yang membuat pasien yang meilhat keriuhan tertawa. Kepala Puskesmas yang
bingung dan dokter-dokter yang berlalu lalang berputar-putar. Akhirnya, dengan
gerak bahasa tubuh plus isyarat yang aduhai ditetapkanlah ruang perawatan
masing-masing dokter. Kenapa masing-masing? Ya karena dokter-dokter tersebut
bidanganya masing-masing. Terus nanti yang berkomunikasi sama pasien siapa?
Pasien notabene hanya mengerti bahasa Timor dan paling TOP bahasa Indonesia.
Mulai lagi terjadi keramaian. Ada beberapa yang bisa bahasa
Inggris. “Ibu guru dua-dua bisa bahasa Inggris koh?” Kepala Puskesmas bertanya
padaku. Aku dan Nesya saling tatap dan buru-buru mengangguk. Eh gila, terakhir
ngomong pake bahasa Inggris kapan gue? Batinku. Akhirnya kami menjadi
penerjemah dokter, Aku di bagian kandungan dan ginekologi, Nesya di bagian
dokter umum.
Dokter peganganku adalah dokter Hafidah berkebangsaan
perancis berumur 45 tahun dan cantik syekali. Terdengar familiar namanya? Ya
dia muslim. Kaget? Sama aku juga. Aku didampingi oleh dua bidan asli Puskesmas.
Dengan bahasa Inggris yang paspasan, dan kemampuan bahasa Inggris sang dokter
juga yang sama denganku kami memulai praktek. Aku diminta sang dokter untuk
bertanya pada setiap pasien “Hari pertama menstruasi terakhir”. Dan oh, si
dokter selalu melakukan pemeriksaan dalam pada setiap pasien yang hamil.
Aku yang basicnya bukan kesehatan terkadang bingung dengan
istilah kedokteran yang digunakan sang dokter. Terkadang sang dokter bingung
mencari padanan kata, begitu pula aku. Ketika sulit mencari padanan kata,
beliau langsung berbicara bahasa perancis yang membuat aku langsung bengong.
Nah untungnya ada dua ibu bidan yang paham bahasa medis. Coba siapa yang tahu
bahasa Inggrisnya keputihan? Aku susah payah menjelaskan, hingga aku Tanya ke
bu bidan bahasa ilmiahnya baru sang dokter mengerti.
Puluhan pasien masuk dan keluar di ruang kami, aku jadi tahu
denyut nadi seorang bayi. Banyak bayi yang diperiksa kembar. Tahu jadi
bagaimana cara memasang KB implant, yang paling penting tahu kalau KB suntik
dan PIL itu tidak baik bagi kesehatan jangka panjangnya. Aku juga melihat
bagaimana mama-mama yang masih muda mengandung, yang kandungannya besar, bahkan
ada yang kecil. Bagaimana cara menaikkan bobot kandungan. Walaupun dengan
bahasa yang kadang terbata-bata aku merasa memiliki pengalaman yang baru.
Di hari terakhir kami berfoto, maklum hari pertama tampangku
gak oke karena belum mandi dan masih pakai baju tidur. Kami juga banyak
bercerita tentang keluarganya, beliau memiliki dua anak, suaminya seorang
diplomat di Italia. Tentang perjalanannya berkeliling dunia, fyi: dia sudah
naik haji, dan ah masih banyak lagi. Lucunya, ketika selesai pengobatan, beliau
mencari-cari seuatu dalam tasnya. Ternyata beliau mencari bullpen, untuk
diberikan padaku sebagai souvenir. Seneng gak sih? Tapi sayangnya bulpennya gak
ketemu, akhirnya dia memberiku sabun asli dari perancis dan tisu. Bakal aku simpen
dan aku pake nanti pas di Jawa, hihi.
Berbicara dengan native aksen perancis, dokter pulak. Ah,
unforgettable moment in my life. Coba kan kalo aku gak ada disini, mana bisa
aku begini hihi :p
Thank you dr. Hafida, see you in france
Tidak ada komentar:
Posting Komentar