Dari dulu waktu di Jawa selalu ingin ikut petani tanam.
Rasanya asik sepertinya masuk kelumpur, nbawa bibit padi dan menanamnya. Bisa
main lumpur sekaligus menikmati pemandangan sawah yang menyejukkan. Tapi
sayangnya hal itu tidak pernah kesampaian. Alasannya adalah karena aku dan
keluargaku tidak memiliki sawah, dan tidak mungkin juga tiba-tiba misalnya
lewat persawahan dan minta ikut petani tanam, bisa-bisa nanti gagal panen
gara-gara aku ikut.
Tapi disini semua itu terwujud. Memasuki musim penghujan
adalah musimnya tanam bagi warga disini. Lahan yang sudah dibersihkan mulai
ditanami. Jagung dan padi yang paling utama, buat makan mereka nanti selama
setahun. Masing-masing keluarga disini memiliki tanah untuk ditanami. Dan
tanahnya itu luas-luas. Mereka tanam di kebun atau di halaman rumah. Kanapa
musim penghujan? Karena air yang susah, mereka hanya mengandalkan hujan.
Bapa dewsa tak ketinggalan ikut tanam juga. Malah, tanah
bapa desa ini luas dan ada dimana-mana. Aku yang exited langsung bilang ke Bapa
dan anak-anak mau ikut tanam. Tanam apa? Apa saja.
Pertama Bapa menanam jagung di belakang rumah. Kufikir tanam
jagung itu susah, nyatanya gampang sekali. Kita hanya memerlukan bamboo yang
ujungnya diruncingnka. Caranya tikam bamboo tersebut kedalam tanah, masukkan
jagung lalu tutup. Tunggu tiga hari nanti akan keluar daunnya. Dan voila,
setelah tiga hari jagung tumbuh. Senang rasanya melihat hasil tanamku, ya
walaupun aku tanamnya sedikit istirahatnya yang banyak.
Pernah dengar kalau makanan pokok NTT itu jagung? Nah,
masyarakat disini menyelang jagung sebagai makanan utama. Misalnya pagi dan
malam makan nasi dan siangnya makan jagung. Mereka bilang jagung lebih membuat
kenyang dibanding nasi. Makanan khas disini adalah jagung bose. Oleh karena
itu, setiap rumah pasti tanam jagung banyak-banyak.
tanam jagung |
Tanam padi lading juga sama seperti jagung. Tikam, masukan
gabah lalu tutup. Beberapa hari padi akan tumbuh. Nah kalau padi sawah yang
mengasyikkan. Aku selalu bertanya pada Bapa kapan tanam di sawah. Bapa selalu
bilang “Nanti tunggu hujan banyak-banyak”. Tunggu=tunggu akhirnya bapa
mengajakku untuk tanam di sawah. “Tapi lumpur loh ibu, nanti kotor.’ Mama dan
anak-anak selalu berkata padaku. Ah, justru aku mau merasakkan lumpurnya,
euforianya.
bibit jagung |
cabut anakan padi |
yeay! |
mari tanam ramerame |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar