Mengajar di tempat terpencil menurut banyak orang merupakan
suatu tantangan tersendiri. Begitu juga
bagiku. Bagaimana cara siswa dapat menangkap materi dengan baik tanpa harus
membebani. Aku tahu, dan sadar benar ini sulit. Disamping mereka sudah lama
tidak belajar matematika (di SMP tidak ada guru matematika) kesadaran siswa
untuk sekolah juga kurang. Banyak siswa yang dalam satu minggu kehadiran tidak
full, atau bahkan ada siswa yang datang ketika ujian saja.
Aku mengalaminya. Mengajar matematika siswa SMA, yang
terkadang aku harus kembali lagi mengulang pelajaran SMP atau bahkan SD.
Perkalian yang masih meraba atau juga operasi bilangan bulat yang belum khatam.
Kadang aku merasa putus asa, tapi banyak juga siswa yang membuat aku semangat
dengan semangat mereka untuk memahami pelajaran, atau siswa yang memang mereka
kurang, tapi tetap semangat belajar. Aku akan menghargai siswa yang sering
mengerjakan tugas, dan rajin ke sekolah dibanding mereka yang hanya sekolah
senin kamis.
Keadaan ini membuat aku bingung memberikan nilai raport
untuk mereka. Dalam pembelajaranku, memang aku tidak hanya memberikan mereka
sebatas materi matematika, tapi aku berusaha mendidik mereka dengan
pembelajaranku. Bukankah lebih baik anak-anak menjadi anak yang baik? Ketika
dia menjadi anak yang baik, otomatis kepintaran akan muncul seiring berjalannya
waktu. Aku bukan guru saklek yang menganggap bahwa nilai adalah segalanya. Di
era dimana nilai dapat dibeli, lebih baik menanamkan nilai-nilai kehidupan dibanding
menuntut mereka untuk mendapat nilai yang bagus.
Kalau boleh dibilang, nilai siswaku itu jauh dari KKM.
Bagaimana tidak, bagaimana aku dapat mengajarkan mereka tentang suku banyak
ketika pemahaman mereka tentang alajabar masih belum benar. Banyak materi yang
memang tidak bisa dicapai. Nilai ulangan yang jauh dari tuntas. Aku bingung
bagaimana harus member mereka nilai. Aku juga tidak mungkin menulis angka “30”
di raport mereka.
Dalam kebingungan ini, banyak guru-guru yang bilang padaku
“Ibu, kasihan mereka kalau dapat nilai jelek di raport, paling tidak cukuplah nilai mereka pas KKM saja itu juga sudah sangat baik.”
Akhirya setelah mempertimbangkan semua, aku member nilai
mereka pas KKM, dengan mengkatrol nilai-nilai mereka. Memang tidak semua, masih
banyak juga anak pintar yang nilainya lebih dari KKM tanpa harus aku katrol.
Semoga, dengan nilai mereka di smester awal ini membuat mereka semangat untuk
belajar, atau membuat mereka bertanya “darimana saya mendapat nilai ini?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar