Selasa, 26 Februari 2013

Kelak, suatu saat nanti...


Kelak, suatu saat nanti…
Ketika aku bertemu denganmu
Bertemu dalam suatu pertemuan yang amat baik
Saling berkenalan dan mengenal satu sama lain
Sehingga, rasa-rasa itu tumbuh
Rasa dimana aku dan kamu saling membutuhkan
Sehingga cinta itu tumbuh seiring berjalannya waktu
Sampai saat indah itu pun datang
Saat dimana kau memintaku menjadi istrimu
Dan kalimat indah ijab qabul keluar dari mulutmu
Dan kita pun menjadi sepasang suami istri

Kelak, suatu saat nanti…
Ketika aku harus menunguimu pulang kerja
Hingga larut dengan penuh kegundahan
Kau pun akan selalu menenangkanku
Sehingga, ketika kamu datang dengan senyumanmu
Hatiku merasa amat lega
Dan kamu pun mengecup keningku dengan penuh sayang
Seolah ingin berkata
“Jangan khawatir, sayang”

Kelak, suatu saat nanti…
Ketika tumbuh benih di rahimku
Aku ingin kau menjadi orang yang pertama mengetahuinya
Aku ingin berbagi kebahagiaan yang sama kepadamu
Aku ingin mengalami masa-masa hebat ini denganmu
Masa dimana kau menjadi suami siaga
Yang penuh rasa ingin tahu atas penjelasan dokter
Yang dengan sabar memenuhi permintaanku yang aneh
Yang mencium perutku penuh sayang
Yang tanpa lelah mengajak ngobrol janin yang ada di perutku
Yang mengantarku membeli perlengkapan bayi
Yang menunggui persalinanku
Sampai terdengar suara tangis itu
Suara tangis yang membuat hatiku dan kamu buncah oleh perasaan syukur Kepada-Nya
Dan kita telah resmi menjadi orang tua untuk mereka, anak-anak hebat

Kelak, suatu saat nanti...
Ketika anak kita mulai tumbuh
Aku ingin selalu menjadi orang yang pertama mengetahui perkembangannya
Aku ingin mengantarnya ke sekolah untuk yang pertama kali
Aku ingin bermain dengannya tanpa harus bekerjaran dengan waktu
Aku ingin menjadi orang pertama yang tahu siapa cinta pertamanya
Aku ingin tak hanya menjadi sesosok ibu baginya, melainkan juga sosok sahabat
Yang dia tanpa segan bercerita semuanya padaku
Sehingga, dia akan lebih mengenalku, bukan orang lain

Kelak, suatu saat nanti...
Ketika badai datang di kehidupan rumah tangga kita
Dan riak-riak pertengkaran datang satu persatu
Tetap tenanglah
Karena aku percaya Kau adalah nahkoda yang baik untuk perahu kita
Sehingga semua badai itu dapat kita lewati
Sampai akhirnya timbul pelangi lagi di bahtera kita

Kelak, suatu saat nanti...
Ketika kamu sibuk dengan kertas-kertas yang ada di meja kerjamu
Dan anakmu bertanya “Kenapa Ayah sibuk sekali?”
Aku akan menjawabnya
“Karena Ayahmu seorang Ayah yang hebat”
Sehingga, anakmu tidak kehilangan sosok ayah

Kelak, suatu saat nanti…
Ketika keriput mulai bergelayut di wajahku
Aku ingin menikmati masa tua bersamamu
Duduk berdua sambil minum teh di depan rumah
Masa dimana liburan sekolah menjadi amat dinanti
Melihat cucu-cucu kita berkejaran di halaman rumah masa tua kita
Mendengarkan mereka berceloteh tentang sekolahnya
Dan mereka bertanya tentang keadaan kita

Kelak, suatu saat nanti…
Ketika raga ini mulai tak mampu lagi menopang beratnya jiwa
Ketika napas mulai sesak di kerongkongan
Ketika akhirnya tepat waktunya
Ketika Izroil mencabutnya tanpa permisi
Aku ingin kau ada di sampingku
Mengantarku ke  liang lahat
Dan kemudian…
Kita bertemu lagi di Surga-Nya.


Rizky Purnama