Minggu, 28 April 2013

Sepenggal Rasa Tentang Kehilangan

UJE berpulang ke rahmatullah, ustad gaul yang menyenangkan itu pergi untuk selama-lamanya mendadak tanpa babibu sebelumnya,meninggalkan sejumlah kenangan yang menyenangkan akan dakwah-dakwahnya.
dan kemudian saya ingin membuat tulisan ini.

Pernah merasa kehilangan?
Kehilangan yang lebih sakit dibanding ditinggal merantau oleh saudara, bahkan lebih menyakitkan dibanding ditinggalkan pacar yang sudah bertahun menjalin cinta.
Kehilangan yang rasanya lebih sakit dari tersayat pisau atau luka yang tersiram air garam.
Kehilangan yang bahkan kau pun tak mampu untuk membayangkannya

Kehilangan itu bernama kematian.
Kematian yang membuat semuanya menjadi berubah
Berubah dimensi, waktu dan tempat.
Kehilangan yang membuatnya tak akan pernah bertemu lagi

Kematian adalah rahasia, pun seperti jodoh dan rizki. Semua adalah kuasa Allah, yang memberi kehidupan, Allah pula yang akan mencabutnya. Siapa yang bisa melawan? Tidak ada. Sudah kodrat sebagai manusia yang hidup pasti akan merasakan mati, pun bagi makhluk-makhluk yang lain, akan merasakan mati pula, bedanya manusia memiliki akal, sehingga kematian akan membuat kehilangan bagi yang ditinggalkan..
"Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati" (QS. 3 : 185)
Kematian datang tanpa permisi, datang secara tiba-tiba tanpa pertanda, siapa yang bisa menghindar? tidak ada. Ketika kontrak di dunia sudah habis, izroil bersiap untuk mencabut nyawa, dimanapun kita berada, bahkan di tempat terpencil sekalipun, ia pasti akan menemukanmu.
"Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di benteng yang tinggi lagi koko" (QS. 4 : 78).
Kita tahu, pasti, orang yang idup pasti akan mati, namun kita tidak siap akan hal itu. Kita tidak siap melihat orang yang satu persatu kita sayang pergi meninggalkan dunia ini, dan takkan kembali lagi. Sama seperti kita yang tidak siap menghadapi kematian, karena bekal yang belum cukup, juga pertangung jawaban kita selama di dunia.

Aku pernah merasakan kehilangan. Ya, merasa kehilangan orang yang amat ku sayang. Kehilangan sosok lelaki, kekasih pertamaku, yang meregang nyawa karena penyakit, ya kehilangan Papa. yang membuat Mama menjadi janda, dan membuat aku serta kakak dan adikku menjadi yatim. Ketika papa terkena stroke untuk yang kedua kalinya, aku yakin, amat sangat yakin, papaku akan sembuh kembali, seperti waktu terkena stroke yang pertama. namun, takdir berkata lain, izroil mencabut nyawa papa, tanpa izin dahulu kepadaku. Rasanya hancur ketika mendengarnya, hancur sehancur hancurnya, ini perasaanku. Terlebih lagi perasaan mama, yang telah hidup bersama papa 28 tahun lamanya. Mama hanya bisa menangis, kemudian diam, lalu menangis lagi, kosong, seperti separuh jiwanya hilang. Melihat kenyataan orang yang kita sayang pergi, untuk selama-lamanya, tidak akan kembali lagi, bahkan hanya untuk bertegur sapa atau bercanda ringan. Kemudian ingin marah rasanya, namun harus marah pada siapa? Dokter? dokter pun tak bisa berbuat apa-apa ketika hal ini terjadi, dokter hanya manusia biasa yang hanya menjadi perantara. Kemudian, ingin marah kepada Tuhan? Punya hak apa aku marah ke Tuhan, papa ini punya Tuhan, suka-suka dia mau ambil kapan saja, tapi aku sempat marah padaNya, aku marah aku benci melihat papa diam tak bernyawa, aku benci melihat papa pergi, aku sedih karena papa belum melihat kesuksesanku, dan aku sedih karena nantinya bukan  papa yang akan menkahkanku. Namun aku sadar, aku tak punya hak apa-apa untuk marah. Aku harus ikhas karena ini yang paling baik, karena Dia lebih tau.

Hari itu berlalu, perlahan orangyan datang melayat, sanak saudara satu persatu pergi meninggalkan rumah, rasanya sepi, sepi sekali rumahku, tak ada feelnya, dan lagi melihat mama yang terus menangis. rasanya rindu dengan papa, yang membuat rumah menjadi berwarna, Namun ini rasanya kehilangan, kehilangan orang yang kusayang, yang telah diambil oleh yang punya. Aku ikhlas, Insya Allah, begitupun mama. Aku fikir, benar kata orang kebanyakan, "kita baru merasakan rasa sayang kita ketika orang tersebut telah pergi meninggalkan kita". Merelakan orang yang kita sayang itu sulit, lebih sulit lagi jika harus mengikhlaskannya,

"Berbeda rasanya menunggu suami yang bekerja di luar kota dan suami yang meninggal, menunggu suami yang bekerja di luar kota itu pasti, karena ia akan kembali lagi, namun menunggu suami yang sudah menunggal itu hal yang sia-sia karena ia tak akan pernah kembali lagi" - Mama

Mungkin itu sepenggal rasa yang dirasakan oleh istri uje, dan anak-anaknya. Rasa yang tidak bisa orang lain pahami, sebelum mereka merasakannya. Tapi ikhlas adalah jalan keluar paling utama.
Dia itu tahu mana yang paling baik buat ummatnya.

Papa, baik-baik ya disana. Mudah-mudahan Kiky, Aa, Yayu, Bila, Hafizd adalah anak yang soleh, supaya bisa doain papa terus disana, supaya kubur papa terang, dan supaya papa bisa masuk surga, dan kita berkumpul lagi di jannah-Nya. I miss you pa, banyak hal yang kiky belum berikan buat papa. Kalau kiky tahu pertemuan dengan papa hanya 18 tahun, kiky akan pergunakan itu dengan sebaik-baiknya Pa, tiap hari quality time bareng papa, ah sudahlah pa, tidak baik ya berandai-andai. Kiky mau bilang, kiky sayang banget sama papa, makasi ya pa :))

Orang baik akan meninggalkan bekas yang baik, dan orang jahat akan meninggalkan bekas yang jahat. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meningalkan nama.
Semoga kita meninggal dalam keadaan khusnul khotimah dan meninggalkan bekas yang baik di sekeliling kta. aamin.


Ketika rindu denganmu, Pa,
Kiky anakmu yang nomor 3 :))



Sabtu, 27 April 2013

rindu


Rindu itu bagaikan candu, candu yang memabukkan
jangan harap lepas dari jeratan rindu ketika baru mulai merindu
karena rindu perlahan mulai merekah dan mengikatmu

Rindu yang tak terucapkan dapat berubah menjadi amarah
amarah bait-bait rindu yang kadang menyakitkan
namun kadang menggelikan

rindu itu tak ubahnya seperti lakon parodi
makin merindu makin gila
makin rindu makin tak masuk akal

aku takut merindu padamu
rindu padamu adalah akumulasi dari rindu rindu untuk kesekiankalinya
yang dapat tak terhitung atau diperhitungkan

Mungkin rindu dan cinta itu saling bersaudara
rindu datang ketika cinta mulai merekah
cinta tumbuh seirama dengan riak riak rindu yang datang

tapi rindu yang terbaik adalah merindu dengan diam
namun saling mengucap doa

Ah rindu, kau sulit dipahami, sebagaimana cinta sulit untuk dimengerti

:))