Selasa, 29 April 2014

Merindu

Merindumu bagai deburan ombak di pantai
kadang menyenangkan tapi juga bisa membunuh
Merindumu bagai musim kemarau yang tersiram air hujan
menyegarkan hati
tapi merindumu dapat ibarat banjir
sulit untuk tertampung
Merindumu tak seperti kayu bakar yang dilahap api
tak cepat usai
Merindumu ibarat gunung es
tak terlihat diluar
padahal sangat besar di dalamnya

Tapi yang aku sadari
Merindumu sungguh menyiksaku...
Aku merindu orang yang (mungkin) tak akan merindu padaku (lagi).
Andai kamu tahu...

Rizky Purnama
29 April 2014



Senin, 28 April 2014

Aku, dunia.

Tuhan, Aku rindu bangun di sepertiga malammu
sambil menahan kantuk mengambil wudlu
bersujud kepadamu
berdoa sambil menangis
dan malaikat mngamininya
saat ini mengapa sangat susah
jangankan untuk bangun di sepertiga malammu
bangun pagipun rasanya sangat berat
aku terlampau lelah dngan duniaku
Ampuni aku Tuhan

Tuhan, aku rindu ingin waktu dhuha yang tenang seperti dulu
enam sampai dua belas rakaat tanpa terburu-buru
rasanya damai, berbicara padamu
meminta rizki lebih tepatnya
tapi sekarang dhuhaku tak setenang dulu
aku harus buru-buru mengejar duniaku
hanya empat rakaat
dan doa singkat di dalamnya
Ampuni aku Tuhan

Tuhan, aku rindu berbuka puasa sunnah dengan Ibuku
Aku rindu berdoa bersamanya
aku rindu pertanyaan beliau
"mau minum manis apa"
sekarang tinggallah sepi
berbuka sendiri tanpa ada yg menemani
hanya segelas air putih dan makan sekedarnya
karena tanggung jawab yang belum selesai
duniaku masih menunggu untuk dikejar
Ampuni aku Tuhan
Ampuni Aku...

Ah, kadang dunia terlalu memuakkan.
Sampai aku sering lupa dengan akhirat.

Rizky Purnama
29 April 2014

Kamis, 17 April 2014

Jatuh

Aku pernah terjatuh. Hingga sulit untuk berdiri. Rasanya sendi-sendi di tubuhku meregang. Darahpun keluar perlahan, tetes demi tetes. Sakit, sakit sekali. Aku pun mengobatinya, perlahan. Namun rasa sakit itu selalu saja muncul. Kuberi obat, luka itu hilang. Seperti morphin yang masuk ke tubuh, jika sudah hilang, rasa sakit itu muncul kembali. Aku pun mengobatinya lagi, dan lagi. Paling tidak agar darah tak terus mengalir. Darahpun berhenti. Rasa sakit itu pun perlahan hilang, seiring dengan berjalannya waktu. Hilang, sampai hilang semuanya.
Tapi...
Terjatuh akan meninggalkan bekas yang tak pernah hilang. Selalu ada, bagaimanapun caraku mengobatinya. Bekasnya tak bisa hilang, tak akan pernah hilang.
Aku pernah merasa hal itu. Aku tahu kamu juga pernah merasanya. Dan aku tak ingin kamu melakukannya. Tak ingin...
Rizky Purnama
17 April 2014