Minggu, 10 April 2016

Chapter 1 – Selamat Datang di Pondok Pesantren Guru

Cerita SM-3T telah berakhir, tulisannya sudah ku rangkum disini. Sekarang aku akan memulai chapter baru yaitu PPG alias Pendidikan Profesi Guru yang biasanya diplesetkan menjadi Pondok Pesantren Guru.

Agustus 2015 kemarin, kami (peserta SM-3T angkatan IV), pulang ke daerah asal. Enam bulan masa transisi (pengangguran) dihabiskan dengan berbagai macam kegiatan ada yang menjadi traveler, ada yang kerja kantoran, ada yang mengajar, ada juga yang hanya makan dan bobo cantik alias menganggur.

Aku pun demikian, enam bulan pasca SM-3T kuhabiskan dengan mengajar privat, menjaga toko kakaku, dan jalan-jalan. Rasanya agak kaget mengingat kehidupan yang serba bebas di penempatan, lalu pulang kerumah dengan kebiasaan yang berbeda, budaya yang berbeda, dan karakter yang berbeda. Jenuh dan bosan itu pasti, namun mau apa lagi. Ingin kerja yang terikat pun bingung, karena program PPG pasca SM-3T yang rumornya dimulai bulan Maret.

Enam bulan berlalu, tepatnya bulan Februari (kebanyakan) anak SM-3T mengalami kegalauan akan PPG yang tak kunjung memberikan kabar kepastian, ibarat digantung pacar mau putus atau lanjut, begitulah kira-kira pemerintah menggantungkan nasib kami. Berita Hoax pun bermunculan, dari mulai katanya diundur tahun depan, bulan Juni, bahkan katanya PPG ditiadakan. Semua panik, semua bingung, semua galau.

source : google
Sampai akhirnya ada angin segar pada awal Maret, mengenai info PPG. Hari-hari berlalu, makin lama hilal PPG makin jelas. Plotingan penempatan keluar, peserta disebar ke berbagai LPTK seluruh Indonesia. Aku sendiri kembali ke LPTK dimana aku daftar, UPI Bandung. Padahal aku berdoa mendapat LPTK lain, namun doa Mama mengalahkan segalanya. Registrasi online selesai, registrasi kampus selesai, saatnya berangkat ke tempat tujuan selama satu tahun, Bandung. Tempat yang kata Pidi Baiq bukan hanya masalah geografis namun juga melibatkan perasaan.

Tanggal 15 Maret aku berangkat bersama ketiga temanku yang berasal dari Cirebon. 7 jam perjalanan Cirebon-Bandung (entah kenapa lama sekali) akhirnya kami sampai di asrama. Kenapa asrama? Jadi PPG ini adalah program berasrama, selama satu tahun, dan katanya asrama UPI adalah asrama yang paling ketat.

lorong asrama
Asrama kami terletak di paling belakang, terdiri dari empat lantai, putra di sayap kiri dan putri di sayap kanan. Aku mendapatkan kamar di lantai 4, mungkin Allah mengijabah keinginanku untuk menurunkan berat badan. Teman asramaku Sari dan Ulfa, yang sudah kukenal sebelumnya, mereka berasal dari LPTK UPI dan prodi matematika, sama sepertiku. Lalu aku berdoa “Ya Allah, semoga kehidupan asramaku bersama mereka, bisa berjalan berdampingan tanpa selisih paham yang berarti. Bisa menjadi keluarga disaat jauh dari keluarga, dan bisa menghangatkan udara Bandung yang dingin” Aamiin.

kamar mandi
Setiap lantai di asrama memiliki dua lorong, masing-masing lorong memiliki enam kamar mandi yang terdiri dari tiga wc dan tiga kamar mandi, satu pantry, dan jemuran. Satu lorong terdiri dari enam kamar. Kamar kami terdiri dari tiga kasur plus ranjang, dua lemari, dua meja belajar, dan tiga kursi.
kamarku~~~~~

Keesokan harinya dimulailah orientasi PPG Pasca SM-3T. Semacam ospek tanpa plonco, Orientasi berjalan tiga hari memulai perjalanan satu tahun ini. Orientasi seperti layaknya duduk kuliah, mendengar materi, kemudian makan. Ha-ha, diawali dan diakhiri dengan Kartika Sari dan ditengahi oleh jajanan pasar.


Setelah Orientasi, kami mulai memasuki perkuliahan yang sesungguhnya. Kami harus mulai beradaptasi dengan cuaca Bandung yang tiap sore hujan, air yang sangat dingin dan makanan manis. Kemudian aku berdoa lagi "Ya Allah, semoga dalam setahun ini semuanya berjalan lancar, diberi kecerdasan, memahami materi yang diberikan, lulus dengan baik dan seperti tujuannya menjadi guru profesional" Aamiin. Yap, Selamat datang di Pondok Pesantren Guru!