Sabtu, 04 Oktober 2014

Cerita 2 : Prakondisi

Sesuai jadwal, aku di haruskan untuk check in prakondisi tanggal 13 Agustus 2014. Sangat berat rasanya meninggalkan kampung halaman, keluarga, teman-teman dan semuanya. Sebelum hari keberangkatan, aku resign dari kantor. Aku berpamitan pada keluarga besar, anak-anak les. Teman-teman semuanya. Isak tangis mengiringi keberangkatanku ke Bandung lalu ke tempat tugas. Dengan koper dan tas besar aku menuju Bandung. Aku berangkat bersama Maston gteman sekampusku. Hanya kami berdua yang mengikuti program sm3t.

Sampai di Bandung, aku bertemu Dea, orang yang pertama aku kenal ketika Tes online. Aku juga satu kamar dormitory dengan Anggun dan Teh Kiky. Mereka berdua jurusan Pendidikan Teknik Elektro UPI. Dan Alhamdulillah mereka sangat baik kepadaku, seperti sudah lama aku mengenal mereka.

Prakondisi terbagi menjadi dua bagian, prakondisi indoor dan outdoor. Prakondisi indoor dilaksanakan di Kampus UPI setiabudi. Prakondisi indoor  bisa dibilang prakondisi materi. Banyak materi-materi yang diberikan seperti materi kependidikan, manajemen sekolah dan kurikulum 2013. Dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore kami berada di University Center UPI untuk menerima materi. Tapi kegiatan sebenarnya berlangsung mulai jam 4 Pagi.
Karena…
Persoalan kamar mandi. Aku tinggal di kamar 2.16 di Isola Dormitory UPI. 1 kamar terdiri dari 3 orang. Kamar mandi berada di luar, diantara kamar 2.16 dan 2.17. Jadi, 1 kamar mandi digunakan untuk 6 orang yang sama-sama akan melakukan kegiatan pagi yaitu senam pagi. Senam dilakukan dari jam5-6. Lalu jam 7 kita mulai materi di UC lantai 4. Akhirnya kami (aku, Anggun dan The Kiki) membuat kesepakatan dengan kamar sebelah untuk berbagi kamar mandi, jadi kami mandi ada yang sebelum senam atau sesudah senam. Buru-buru? Pasti. Saat prakondisi tidak ada yang tidak terburu-buru.

Senam. Sejak awal prakondisi, kami sudah harus bangun jam 5 pagi untuk melakukan senam yang dilatih oleh tim dari ARHANUDRI. Iya mereka tentara. Awal prakondisi, dengan badan yang lelah dan cuaca Bandung yang mendukung untuk menarik selimut, para tentara langsung meniup pluit nyaring untuk membangunkan kami. Rasanya, ya campur aduk antara ngantuk, dingin, dan belum mandi lalu disuruh berolahraga.

Prakondisi indoor tidak terlalu melelahkan kecuali saat kami akan melakukan peer teaching. Sehari sebelum peer teaching kami diberikan pelatihan menyusun RPP baru dengan kurikulum 2013. Hingga malam hari kami mengerjakan RPP. Aku, Dea, Teh Kiki dan Anggun bahkan bergantian tidur. Jika ada yang ketiduran, yang lain langsung membangunkan. Aku dan Anggun sampai bolos senam. Lalu peer teaching apa kabar? Wallahualam. Dengan berbekal RPP seadanya aku peer teaching. Dan komentar professor tentang cara mengajarku : “ini belum kurikulum 2013, ini masih ekspositori”

7 hari melaksanakan prakondisi indoor, kami lalu melaksanakan prakondisi outdoor. Prakondisi outdoor dilaksanakan di CIC Parongpong Bandung. Semua barang-barang yang diberikan UPI harus dibawa saat prakondisi. Dari mulai jas hujan, sepatu boot, sepatu keds dan masih banyak lagi. Untuk prakondisi kami membawa tas-tas besar,. Bahkan ada yang membawa kardus sepatu,  tas besar sebanyak dua buah, tapi untung tidak ada yang membawa koper.

Prakondisi outdoor kami dilatih oleh tim dari ARHANUDRI, mereka tentara yang maunya dipanggil hulubalang. Hulubalang banyak terdiri dari tentara muda yang (katanya) ganteng. Saat prakondisi outdoor kita tidak diperkenankan membawa handphone, uang, makanan, dan juga jam tangan. Sampai CIC pelatihan fisik dan mental dimulai…


Sampai di CIC, kami dibagi pleton dan tenda. Tenda perempuan (yang dipanggil cantrik) berada di paling atas, dan tenda laki-laki (yang dipanggil cakil berada di bawah). Hari pertama kami mulai dibiasakan dengan suara peluit dan teriakan para hulubalang. Semua harus serba cepat dan tepat. Bahkan makan, kami pun di waktu dan harus habis. Setiap kelompok tidak boleh menisakan makanan sedikitpun. Aku ada di kelompok 6. Jadi kalau di kelompok kami ada yang tidak menghabiskan makanan, anggota kelompok lain wajib menghabiskan makanan tersebut.



Push up, sit up, lompat jongkok dan latihan fisik lainnya sudah jadi makanan sehari-hari kami. Sebelum makan kami harus push up. Setelah makan terburu-buru, kami harus berdiri jongkok. Untuk bersiul (buang air kecil) dan bernyayi (buang air besar) kami juga diwaktu. Seperti dikejar waktu kami harus berlari. Di prakondisi outdoor kami mendapatkan materi kepramukaan, uks p3k, beladiri militer, baris-berbaris, survival, ketahan malangan dan masih banyak lagi.

Kami dipaksa untuk hidup teratur. Hari kedua prakondisi, hulubalang menginstruksikan kita untuk mencuci baju dan sepatu olahraga. Mau tidak mau, malam hari selepas kegiatan, kami ramai-ramai mencuci pakaian dan mencuci sepatu. Dingin? Sangat. Jam 10 malam kami mencuci dan membuat jemuran darurat.. Selesai mencuci jam 12 malam, kami tidur dan harus bangun jam 4 pagi untuk kegiatan esok hari.

Hari ketiga prakondisi kami dibangunkan oleh ledakan bom yang sungguh dahsyat. Jam 12 malam, 5 buah bom meledak, yang terpaksa membangunkan kami yang kalang kabut mendengar suaranya. Kaget, ada yang salah memakai sepatu, ada yang tidak menggunakan topi dan nametag. Semuanya banyak yang tidak memakai atribut lengkap. Panggilan bom ini merupakan panggilan untuk fisik. Tengah malam kami disuruh push up, dan tindakan fisik lainnya. Tapi ternyata bom itu memang benar adanya, para hlubalang merakit bom itu untuk memberikan latihan pada kami.




Hari keempat juga kami dibangunkan dengan suara bom. Tapi tidak sedahsyat yang kemarin. Sebelum melaksanakan sholat subuh, kami latihan fisik terlebih dahulu. Malam harinya kami melaksanakan jurit malam yang merupakan salah satu latihan ketahanmalangan. Tengah malam kami menyusuri hutan tanpa membawa senter. Merinding, takut, ah semuanya. Semua kegiatan ini sangat melelahkan. Tapi di akhir prakondisi, hulubalang melayani kita. Hulubalang menjadi manis. Dan ini akan selalu diingat.

Malam hari sebelum pulang, ada acara panggung hiburan. Kami semua bersuka cita di acara tersebut. Lepas itu, lanjut acara caraka malam. Acara menjadi sedikit berbeda. Kami menangis, sadar bahwa ini prakondisi terakhir, lusa kami akan berangkat ke medan perang penempatan tugas. Ada yang terbang ke Kupang, ada yang ke Aceh, ada juga yang ke Anambas. Tapi kami tetap satu, SM-3T UPI.

Hari kepulangan kami di UPI. Kami berfoto dengan hulubalang. Karena kami tidak diperkenankan membawa handphone dan kamera digital, jadilah handphone para hulubalang menjadi korban kenarsisan kami. Kami pulang dengan berjalan kaki dari CIC-Parongpong ke UPI-setiabudi. Selama 4 jam kami jalan kaki, akhirnya sampai di UPI. Dan kami mempersiapkan keberangkatan esok hari…