Kamis, 25 Juni 2015

Sepi...

Aku kesepian...
Aku merindukan saat-saat bercengkrama dengan keluargaku
Bersenda gurau dengan temanku
Bercerita dengan ibuku

Aku kesepian...
Ternyata pergi menjauh dari sekitar tidak mudah
Tapi bukankah ini keinginanku?
Keinginan yang sering aku katakan pada orang lain, pada mereka

Aku kesepian...
Disini aku hanya melihat pepohonan dan hewan yang berlalu lalang
Tanpa keramaian kendaraan
Ah lupakan, jalanan saja terlampau sulit untuk ditempuh

Aku kesepian...
Tapi aku bersabar
Bersabar yang nantinya akan membuahkan hasil
Bersabar dalan kesepian

(c) Rizky Purnama
Amfoang, Februari 2015

Cerita 18 - Syukuran Pak Kepsek

Sekolah penempatanku adalah sekolah baru yang berdiri tahun 2013, belum mempunyai gedung sendiri, fasilitas seadanya, dan guru-guru yang tidak lengkap. Selama setahun berdiri sekolah ini.tidak memiliki kepala sekolah. Baru
Bulan Juli tahun kemarin diangkat kepala sekolah, Pak Hendrik Nainel. Pa Kepsek tadinya adalah guru di kecamatan sebelah.

Karena Pak kepsek orang baru dan.menempati rumah dinas yang baru juga maka akan diadakan pesta syukur.

Anak-anak diliburkan. Pagi hari aku dan Nesya pergi kerumah Pak kepsek. Disana sudah banyak anak.murid, guru-guru, dan warga yang membantu mempersiapkan acara ini. Satu hal yang membuat aku kagum adalah gotong royong. Semua lapisan masyarakat ikut membantu. Murid-murid membawa kayu api, sibuk memasak dan ada yang mempersiapkan tenda. Ini adalah kebiasaan mereka. Tanpa suruhan atau paksaan. Bayangkan, jika di kota mana ada yang seperti ini. Acara sekolah semua dihandle catering. Anak-anak akan tiba saat acara dimulai. Sangat berbeda.

Menu makanan hari ini adalah ayam, babi, anjing. Shock? Banget. Mungkin kalau babi ya wajar kan disini mayoritas nasrani. Tapi anjing? Kufikir hanya di manado saja orang makan semuanya tapi di ntt mereka juga makan semuanya.

Hari ini aku akhirnya melihat bagaimana cara mengolah anjing dan babi. Dari mulai dibunuh sampai jadi makanan. Gokil. Apalagi cara membunuh anjing, sadis banget. Kepala anjing dipukul kayu hingga remuk baru disembelih. Lalu dibakar untuk menghilangkan bulunya. Merinding disko.

Aku melihatnya. Tapi ya ini NTT semua bisa dimakan. Nesya yang berasal dari manado pun makan semuanya dia bilang "semua yang berkaki empat bisa dimakan kecuali meja dan kursi". Aku hanya bilang "cantik-cantik ko makannya jorok".

Ketika mereka sibuk dengan "daging" mereka, aku sibuk dengan ayamku. Aku menyembeleh sendiri ayamku. Beginilah jika mau makan daging, ya harus sembelih sendiri.

Setelah semuanya siap. Malam hari acara syukur dimulai. Undangan mulai berdatangan. Ada pa camat, pa desa, pa pendeta dan masih banyak lagi. Acara dimulai dengan sambutan-sambutan dan doa syukur. Ibadah yang dipimpin pendeta. Aku ya jadi seksi dokumentasi saja ketika mereka ibadah.

Selepas ibadah acara makan bersama. Pesta disini selalu begitu dimulai malam dan selesai pagi hari.