Jumat, 03 Januari 2014

What I want to be?

Sudah 2 bulan pasca kelulusan, dan 2 minggu pra wisuda saya masih bingung, mau jadi apa nanti saya? Terdengar janggal bagi manusia seumuran saya yang telah memasuki umur twenty something, yang sudah mengenyam pendidikan tinggi lalu masih bingung."What I want to be?" Well, yeah I am.

Tentang bagaimana seharusnya bekerja, atau tentang ingin kerja dimana, atau tentang setelah ini mau ngapain lagi? Mengingat itu bikin semuanya terasa buram. Karena saya masih bimbang. Rasanya, seakan tak produktif jika harus dirumah berdiam diri, cuma sekedar nonton televisi atau sekedar blog walking. Ya, ndak begitu terus sih. Tapi, apa yang dicari setelah lulus ini? Pekerjaan? Well, actually yes!

Prinsip. Ini yang membuat saya makin bingung. Bukan saya sok idealis, tapi prinsip ini yang membuat saya memilah. Memilah apa yang cocok dengan saya, yang sekiranya nggak bikin bosan, dan bisa jadi pegangan hidup berupa materi, dan juga tidak dilarang agama alias HALAL dan barokah. Prinsip ini yang kadang di nyinyirin orang lain,dibilang sok inilah itulah. Sama seperti ketika sebulan kemarin, ketika saya mendapat panggilan dari sebuah perusahaan yang menjajikan gaji besar dengan jenjang karir yang bagus, namun saya menolak. Tolakan saya ini saya fikir baik-baik bukan asal tolak menolak (karena saya pun butuh pekerjaan). Saya juga bukan menolak rizki, sungguh tidak. Saya tahu dalam agama saya tidak baik menolak rizki, tapi dalam agama saya pula mengajarkan untuk mencari rizki yang halal juga berkah. Itu yang jadi prinsip saya, yang (mungkin) orang lain tidak setuju bahkan mungkin keluarga saya.

Ketika dipanggil perusahaan tersebut, kakak saya bilang "coba pikirkan baik-baik bagaimana perusahaannya, sistemnya?". Saya pikirkan masak-masak, kemudian terbesit suatu pernyataan bahwa, masa saya memberi uang pada ibu saya yang tidak berkah. Kemudian saya menolak. Keberkahan ini merupakan suatu kenyamanan hidup. Ya, gaji besar ndak berkah mungkin akan selalu kurang. Bukankah ketenangan hati tidak bisa dibeli dengan milyaran rupiah? Lalu saya menolak dengan dicap bodoh oleh teman-teman saya. Tapi saya yakin, bukankah rizki itu sudah Tuhan atur dan tak akan tertukar walau sepeserpun? Ini prinsip saya, ndak suka yaudah. Biarlah, mungkin Tuhan ingin saya mencari, terus mencari, belajar dan terus belajar hingga nanti saya menemukan, menemukan yang Tuhan telah gariskan.
Kadang ingin menjadi guru, seperti latar belakang pendidikan saya.
Kadang ingin menjadi  dosen, yang terus mengupgrade pendidikan sampai profesor.
Kadang ingin menjadi pegawai BUMN yang gajinya besar.
Kadang ingin menjadi reporter biar bisa jalan-jalan dan menyampaikan berita paling update.
Kadang ingin menjadi pekerja kantoran, yang keren dengan tampak elegan.
Kadang ingin menjadi pengusaha, yang bisa kerja sesuka hati, tanpa ada yang mengatur.
Kadang ingin menjadi ibu rumah tanggah yang fulltime mengurus rumah tangga.
Kadang saya juga ingin menjadi semuanya :))
Seperti Mario Teguh bilang, ketika bekerja anggaplah 2-3 tahun sebagai pencarian, dan selebihnya biarlah pekerjaan yang mencarimu. Semangat mencari! Ketika mencari jangan lupa belajar. Ketika belajar akan menemukan ilmu baru. Dan ilmu itu pasti akan berguna, walau nanti dikemudian hari.


Kerahkan tangan mu sepenuh tenaga, biarkan tangan-tangan Tuhan yang bekerja selebihnya-Rizky Purnama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar