Selasa, 16 Februari 2016

Cerita 51 - Piknik

Bagi kami guru pedalaman yang baru hijrah dari kota ke desa, pasti ada kalanya dimana perasaan jenuh dan bosan muncul. Bosan dengan kesepian, rindu dengan hingar bingar keramaian. Terkadang rasis, rindu teman-teman satu suku yang sama-sama dari Jawa.

Aku memberitahu akan hal ini, kala itu aku dan Nesya dalam keadaan sebosan-bosannya. Lalu tercetuslah ide untuk piknik, bersama teman-teman se-kecamatan. Kami pun mengirim surat pada Ayu dan Irvan yang ada di Saukibe, Dani dan Fitrah yang ada di Leonai. Kalau mengirim usrat ke Ayu dan Irvan kami bisa kapan saja, banyak anak murid yang berasal dari Saukibe, kami tinggal titip saja. Masalahnya adalah kirim surat ke Leonai tempat Dani dan Fitrah. Leonai adalah tempat terjauh di Kec. Ambal. Banyak juga anak murid yang berasal dari sana, tetapi mereka kebanyakan tinggal di desa dekat sekolah, mereka akan kembali ke Leonai jika weekend. Mau tidak mau kami menitipkan surat pada salah satu murid hari Sabtu, dan berpesan untuk membalas sesegera mungkin yaitu hari Senin. Surat balasan diterima. Teman-teman lain setuju untuk mengadakan piknik ke pantai desa Soliu, Minggu depan hari Minggu selepas gereja.

Hari Minggu pun tiba, Nesya pergi ke gereja dan aku siap-siap. Masak nasi, masak air, dan membuat jeli. Kami sudah membeli ayam, tapi ragu untuk mengolahnya, karena sudah hampir siang teman-teman yang lain tak kunjung datang. Jangan-jangan tidak jadi, pikirku. Sayang-sayang, sudah masak nasi banyak.

Tunggu-tunggu, ternyata jam 1 siang mereka baru tiba. Mereka kaget, karena ternyata aku dan Nesya (sebagai tuan rumah) belum mengolah ayam bahkan aku belum mandi. Mereka (yang lelah karena telah berjalan kaki berkilo-kilo) ngambek dan mau tak mau turun tangan membantu aku dan Nesya mengolah ayam dan makan lainnya. Aku membungkus nasi dengan daun, seperti nasi timbel. Ayam ungkep (mau dibakar di pantai), kentang goreng, dan jelly sebagai penutup.

Setelah makanan siap kami bergegas ke pantai, karena waktu menunjukan sudah hampir sore, bisa-bisa nanti pikniknya hanya sebentar.  Perjalanan dari tempatku ke pantai kurang lebih memakan waktu 15-30 menit, ditambah omelan teman-teman karena pikniknya melelahkan.

Sampai pantai, kami langsung mulai membakar ayam smabil bercerita, Nesya dan Dani langsung pergi ke pantai untuk berenang. Inilah esensi piknik, bukan tempatnya, bukan makanannya. Tapi cerita kebersamaannya. Rasanya menyenangkan pergi bersama rekan-rekan senasib, menceritakan kehidupan di penemoatan, saling member nasihat, saling menguatkan dan bahkan saling mentertawakan.

Matahari mulai turun, dan waktunya kita kembali ke tempat tinggal.


Setelah piknik hari ini kami memutuskan untuk menjadwalkan piknik tiap bulan. Karena piknik itu asik!

2 komentar:

  1. kalau jauh dari rumah, teman memang bisa menjadi obat :) ditunggu kisah-kisah piknik selanjutnya

    http://petitecovered.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. hihi bener banget mbak, terimakasih sudah mampir :)

    BalasHapus