Kamis, 08 Januari 2015

Cerita 8 : Welcome to Amfoang Barat Laut

Aku sampai di Amfoang Barat Laut. Tepatnya di rumah dinas Kepala Sekolah. Antara kaget sedih campur aduk rasanya melihat rumah yang akan menjadi rumah tinggal sementara saya dan Nesya. Rumah tinggal (dinas) Kepala Sekolah tergantung baru. Baru jadi minggu kemarin. Kepsek beserta keluarga juga baru tinggal dirumah dinas minggu lalu. Kepsek beserta keluarga berasal dari Amfoang Utara.

Rumah dinas kepsek ini beratapkan ilalang, beralaskan tanah, dan berdinding bamboo. Kamar mandinya? Hanya bangunan persegi dari bamboo tanpa atap dan tanpa pintu. Hari pertama kami datang, kami mandi di bawah sinar rembulan. Terdengar romantic, namun menyedihkan. Seperti reality show jika aku menjadi. Kemudian aku menangis. Entah kenapa. Tapi ini pilihanku kan? Aku harus menghadapinya. Love your choice Ky!


Semua ini jauh, amat jauh dari ekspektasi. Saya fikir rumah dinas/mess itu seperti kebanyakn rumah yang beralas keramik, berdinding tembok, beratap genting. Tapi ini amfoang, daerah tertinggal. Rumah-rumah disini ya memang seperti ini kebanyakan, rumah kayu mereka bilang. Jarak satu rumah dengan rumah yang lainnya berjauhan. Satu kepala keluarga memiliki rumah dengan halaman yang sangat luas. Biasanya mereka memiliki bangunan depan untuk rumah tinggal dan ruang tamu, bangunan tengah untuk berkumpul, dan bangunan terakhir biasanya dapur, dan terakhir kamar mandi seadanya.


Sampai dirumah dinas, kami disambut oleh mama kepala sekolah, 3 orang anak yang masih kecil dan anak tinggal. Mama kepala baik sekali, beliau tak mangizinkan kami menimba air. Semuanya beliau sediakan. Mama kepala menyiapkan makanan untuk kami, beliau potong ayam dan membeli ikan. Saya ingat, saya tidak boleh memakan ayam yang disembelih tanpa menyebut nama Allah. Saya urung makan tersebut.

Ah, kehidupan setahun akan begini. Semoga semuanya berjalan lancer, dan semua orang baik kepada kami. Aamiin.



Bismillahirrahmanirrahiim. Luruskan niat…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar