Senin, 04 November 2013

Setengah Jam untuk Empat Tahun

Sabtu, 2 November 2013
Mungkin hari itu adalah salah satu hari pentingku dalam empat tahun perjalan kuliahku. Perjuangan akan lulus atau tidak. Mempertanggungjawabkan semua yang aku tulis dalam enam bulan terakhir. Penguasaanku akan materi diuji. Mentalku pun diuji. Siap atau tak siap, waktu terus berjalan. Tanpa boleh sekalipun aku menghambatnya.

Sebelum hari itu, aku mempersiapkan semuanya. Hingga tak ada yang tertingal apapun. Kubaca tugas akhirku yang semuanya 320 halaman. Kubolak balikan melihat apakah ada yang janggal. Menerka apa yang penguji akan tanyakan. Tapi semua di luar jangkauanku. Aku pun tak bisa menebaknya.

Tak lupa, aku pun berdoa pada-Nya agar semua dimudahkan, dilancarkan. Meminta restu ke mama, papa, dan keluargaku. Meminta doa pada semua orang yang akku temui. Hanya untuk satu tujuan, dimudahkan.

Hari itu pun datang, lebih cepat dari yang aku bayangkan. Majelis siding pertama, dengan seorang professor di dalamnya. Aku berusaha tenang, dan tidak panik. Satu per satu temanku masuk ruangan siding untuk di uji. Hati rasanya tak karuan, menebak apa yang akan terjadi dalam ruang sidang. Wajah temanku beragam, ada yang tersenyum, langsung menangis, murka, dan bahkan langsung memuntahkan isi perutnya.
Tiba giliranku. Aku berusaha menenangkan diriku. Mulutku tak berhenti mengucap doa lirih kepada-Nya. Bismillah. Aku masuk dan memperkenalkan diri. Yah, seperti biasa penguji langsung berkata “Rizky Purnama? Seperti nama laki-laki” ini sudah aku prediksi. Aku mempresentasikan point-point tugas akhirku, namun di stop oleh sang professor karena bicaraku yang terlalu cepat, aku pun memperlambat tempo bicaraku. Pertanyaan datang satu persatu, tentang instrument yang aku gunakan, model pembelajaran yang aku gunakan, hasil pembelajarannya, latar belakang, sampel, dan aku disuruh mengajar. Semuanya aku lewati dengan tangan gemetar, hati dagdigdug, ngomong blibet, dan perasaan tak karuan. Semuanya terlewati, walau ada pertanyaan yang akhirnya harus ku jawab “maaf Pak, tidak terfikirkan”. Suasana sidang terasa mencekam namun hangat, diselingi canda tawa tapi tetap serius. Aku terima nasihat setiap pengujiku dengan seksama.

Tiga puluh menit berlalu. Aku pun keluar dari ruangan itu dengan hati tak menentu. Bagaimana kalo tidak lulus, bagaimana kalau sidang ulang. Batinku. Ah entahlah. Aku pun menangis, entah apa yang aku tangisi. Dosen pembimbingku layaknya ibu peri yang menenangkan aku, dan dua anak bimbingannya yang lain. Aku pun merasa tenang. Tenang karena ujian ini telah selelai. dan aku telah berusaha dengan optimal.

Jam 13.00, yudisium. Pengumuman lulus atau tidaknya. Pengumuman peringkat. Kami semua (18 mahasiswa, penguji, dan petinggi kampus) berkumpul di ruang Fakultas. Aku berdoa dalam hati. Berharap dapat lulus seperti yang aku dan orang lain harapkan. Setelah pembukaan dari Dekan (professor yang mengujiku), tibalah saat pengumuman. Pengumuman peringkat. Peringkat ketiga, peringkat kedua. Untuk peringkat pertama, Dekan bertanya pada dosen siapa gerangan yang cocok untuk peringkat pertama. Dan salah seorang dosen menyebut namaku, aku kaget. Dosen lain pun demikian. Dan ya, aku lulus dengan peringkat pertama sidang gelombang 1. Tangisanku buncah oleh rasa senang yang tak terkira. Ucap syukur tak henti dari mulutku. Ini adalah prestasi di akhir masa kuliahku, yang akupun tak menyangka. Namaku dipanggil pertama, aku mendapat surat dengan angka 1 di amplopnya. Aku menyalami semua dosen, dan aku memeluk dosen pembimbingku. Alhamdulillahirobbil alamin.

Perjalanan satu hari yang amat panjang, yang tentunya tak dapat aku lupakan. Teimakasih untuk semuanya. Akhirnya perjalanan empat tahunku membuahkan hasil dalam tiga puluh menit ini. Terimakasih.

Salam,






















Rizky Purnama, S. Pd.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar