Rabu, 11 Maret 2015

Cerita 10 – bertemu orang Cirebon

Setelah 2 hari tinggal di rumah Bapa kepsek, aku dan  Nesya pindah ke dekat rumah bapa desa. Mereka bilang agar kami lebih bebas hodup sendiri disni.Bebas disini maksudnya bebas dengan kebiasaan masing-masing dan makanannya, mereka takut kami tidak cocok dengan makanan mereka, dan untukku mereka bilang agar aku dapat bebas beribadat, tanpa terganggu.

Sore hari setelah pulang sekolah aku, Nesya dibantu teman guru dan beberapa siswa “pindahan” ke tempat tinggal baru kami. Tempat tinggal baru kami letaknya masih satu komplek dengan rumah bapa desa. Jadi di sebelah rumah bapa desa itu ada kios fotocopy, bentuknya persegi panjang, kemudian disekat, sebelah kiri untuk fotocopy dan sebelah kanannya untuk tempat penyimpanan beras. Nah kami akan tinggal di “bekas” tempat penyimpanan beras. Dindingnya sudah tembok, lantainya sudah semen dan atapnya sudah seng. Dan yang paling penting sumur dekat dan kamar mandinya sudah ada pintunya.

Dengan cekatan warga membantu pindahan kami. Disana sudah disediakan ranjang, awalnya tanpa kasur. Mereka pikir kami sudah bawa kasur sendiri. Nesya memang membeli kasur lipat, tapi karena ksurnya tidak cukup besar akhirnya mama desa memberi kami kasur lengkap dengan bantal dan gulingnya.Tempat tinggal kami berukuran  sekitar 4 x 5 m. Disudut kamar kami gunakan untuk memasak.
sebelah kanan tempat fotocopyan, sebelah kiri yang pintu kebuka tempat tinggal kami

ini di dalamnya
Setelah selesai beres-beres, kami mengobrol di bawah pohon beringin depan rumah. Ini yang membuat aku agak ngeri awalnya, pohon beringin besar di depan rumah. Lalu aku dikenalkan dengan keponakan bapa desa yang merantau di Cirebon. Kak Ale namanya. Beliau tinggal di Cirebon, sedang main ke Amfoang ((((main)))). Haha maksudku ada perlu disini.

“Cirebonnya dimana Ka?” Aku penasaran bertanya padanya
“di Perum, Kalijaga” jawabnya.

Aku kaget sekaligus bersyukur. Paling tidak aku menemukan orang yang rumahnya dekat denganku di tanah rantauan. Walaupun lahir disini,  tapi kak Ale besar dan kerja di Cirebon, sampai menikah dan punya anak di Cirebon. Kak Ale memang cukup sering pergi ke tanah kelahirannya ini, paling tidak setahun sekali beliau pulang.

Aku senang, kan jadi nanti jika beliau pulang, beliau bisa bilang pada mama bahwa anaknya baik-baik saja. Sedikit banyak itu akan mengurangi kekhawatiran mama kan? Alhamdulillah, Allah memang Maha baik J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar