Rabu, 09 September 2015

Cerita 46 - Bapa Desa

Aku tinggal di dekat Bapa Desa, dan aku bersyukur tinggal disana. Bapak adalah sesosok pemuda yang semangat membangun desanya. Dengan kumis sepotong macam hitler Bapak justru tak ada hitlernya. Bapa amat sangat baik. Seperti kepadaku, Bapa menerima orang baru yang ingin memajukan Desanya. Dia bilang harus menghargai orang yang jauh-jauh datang untuk membuat pintar anak disini. Bapak memang bukan sarjana, tapi kalau sudah ngobrol sama Bapak, sarjana juga kalah pintarnya. Bapa memang gaptek, tapi dia tidak malu mengakui dirinya yang gaptek, Bapak tak segan meminta tolong padaku, bahkan kadang minta tolong padaku untuk mengajarkannya.

Bapak memiliki cirri khas, yaitu tertawanya. Sepanjang satu tahun disini aku tak pernah melihat Bapak seharipun tidak tertawa. Bahkan kadang aku yang bingung ini Bapak tertawa atau sedang marah. Tapi Bapak kalu marah juga serem. Hihi. Ciri khas yang lain adalah sirih pinag. Bapak merupakan “sirih pinang addict”. Bisa stress kalau tidak ada sirih pinang dan tembakau. Makanya bibir Bapak selalu merah gonjreng. Bapak juga yang menghadiahi aku sirih pinang ketika aku ulang tahun. Kalau kemana-mana tas Bapak selalu Mama isi bekel, apa bekelnya? Ya sirih pinang.

Seperti kebanyakan orang disana, Bapak hobi bercerita. Dan aku hobi mendengarkan cerita Bapak. Bahkan teman-teman SM3T yang berkunjung ke desaku menjuluki Bapak sebagai “Bapak Asik” atau “Bapaknya kita semua”. Karena tiap ada temanku yang abis berkunjung pulang ke penempatannya Bapak selalu bilang “Hati-hati ibu, jangan lupa pulang kesini ya.”  Makanya aku merasa memiliki seorang Bapak disini.

Sebagai Kepala Desa, Bapak sangat totalitas dalam melayani masyarakat. Bahkan kadang aku dan Mama yang ribut karena Bapak kerja tak tahu waktu. Bayangkan kadang ada warga desa yang malam hari minta ini itu, Bapak tetap melayani. Belum lagi rapat ini itu yang menghabiskan waktu berjam-jam. Atau orang laporan yang membuat denda adat Bapak juga harus duduk berjam-jam dengan masyarakat. Ah Bapak, seharusnya Kepala Desa bekerja 8 jam, Bapak malah 24 jam. Bapak hanya bilang “Pelayanan harus dengan sepenuh hati to Ibu.” Temanku sampai bilang “Kalau Bapak jadi calon presiden, kami siap jadi tim suksesnya.”

Itulah Bapak yang bercerita tanpa habis. Yang memiliki cita-cita setinggi langit. Yang ingin anaknya sekolah tinggi tidak seperti dirinya. Ah Bapak, kadang aku iri dengan keikhlasan dan ketulusannya dalam mengabdi. Yang sehat-sehat terus ya Pak. Semoga Bapak bisa jadi anggota DPR sesuai cita-cita Bapak. Mudah-mudahan seperti yang Bapak bilang “Ibu, biasanya orang yang pernah mengabdi di Oelfatu selepasnya dia akan menanjak dalam karirnya.” Aku aamiin kan Pak.



Sampai ketemu lagi Pak. Semoga aku bisa bertemu Bapak lagi. Terima Kasih Pak atas ilmu yang diberikan, semoga Bapak selalu diberi berkat lebih oleh Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar