Rabu, 15 Juli 2015

Cerita 21 – Izin

Apa yang membuat tidak masuk sekolah? Tentunya hanya tiga hal, sakit, izin dan alpa. Sakit, biasanya siswa tidak masuk sekolah dikarenakan sakit berat, paling ringan sakit kepala, paling berat mungkin sampai dirawat di Rumah sakit. Kalau sekedar pilek dan batuk saja, yaaa masih bisa berangkat sekolah kan? Izin, kebanyakan siswa izin kalau tidak keluar kota biasanya ada acara keluarga yang harus dihadiri, yah kalau ke rumah tetangga sebelah saja tidak mungkin samapai izin kan? Alpa, nah kalau alpa biasanya buat siswa yang malas ke sekolah, atau bagi siswa-siswa yang lupa member kabar pada sekolah kenapa mereka tidak masuk.

Eits, itu mungkin kebiasaan waktu aku sekolah. Lain halnya disini. Setiap hari aku mengajar pasti selalu ada siswa yang absen. Ya diantara tiga alasan paling top adalah alpa. Apalagi hari Senin, hari dimana ada pasar, satu kelas paling hanya berisi setengahnya, sisanya? Entahlah. Banyak siswaku yang menjadi tukang ojek dadakan ketika hari pasar, maklum sekolah siang pagi hari bisa cari duit dulu, siangnya? Bolos sekolah. Mungkin ini agak dimaklumi, mereka lelah karena ngojek. Yang lain? Nah, hari pasar itu adalah hari mejeng, bahasa Indoneianya mungkin nge gaul di pasar. Jangankan yang ngojek, yang Cuma jalan-jalan di pasar saja banyak yang tidak masuk sekolah. Selain hari pasar juga banyak yang alpa. Alasannya beragam. Ketika musim tanam, ramai-ramai banyak yang tidak masuk sekolah karena tanam, ketika panen juga serupa. Atau tiba-tiba mereka pesiar ke Kupang. Sekolah? Sepi.

Lain halnya dengan izin. Pernah orang tua kalian ke sekolah untuk meminta izin? Disini juga da orang tua siswa yang minta izin anaknya tidak masuk sekolah. Ketika ditanya alasannya “saya minta izin anak saya satu minggu, mau bantu tanam di kebun atas.” Kaget? Aku pun demikian. Ada juga anak yang minta izin langsung kepada kami “Ibu saya minta izin tiga hari, mau bantu orang tua pasang seng rumah.” Ada juga yang “Ibu, si A izin sekolah mau mencuci.” Masih banyak alasan-alasan yang kadang bikin cengo di sekolah. Antara iba, gak tega kasih izin, atau kaget karena alasan izinnya.

Nah kalau sakit, kadang sakit yang di buat-buat. Ketika aku iseng absen di kelas, lalu ada yang sakit, aku langsung bertanya “Sakit apa?”, temannya langsung menjawab “Sakit pilek bu!”. Awkey, mungkin pileknya sampe ga bisa bangun lagi ya, mungkin,

Inilah potret kehidupan disini. Banyak siswa yang sekolah seperti puasa senin kamis atau puasa daud, atau yang lebih ekstrim belajar gak pernah hadir, giliran ujian datang tepat waktu. Terlambat udah jadi makanan sehari-hari. Kadang aku berfikir, sekolah siang saja banyak yang terlambat, apalagi sekolah pagi. Banyak yang gak masuk sekolah kali tiap harinya.

Sekolah memang bukan menjadi prioritas utama bagi mereka. Sekolah menjadi sebuah sarana hiburan atau tempat berkumpul bersama teman-teman. Mereka juga kadang bingung untuk apa sih sekolah? Kadang yang membuat aku sedih adalah ketika mereka tidak mempercayai kemampuan diri mereka sendiri dan membandingkan “ini kampung bu, beda dengan kota.” Bagiku, tidak ada yang berbeda. Semua sama, jika mereka berusaha sungguh-sungguh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar