Senin, 20 Juli 2015

Cerita 28 - Sembelih

"Memakan hewan yang tidak disembelih dengan nama Allah itu haram." Itu yang kutahu. Nah, aku adalah muslim satu-satunya di desa. Berarti semua hewan yang warga sembelih tidak bisa aku makan, karena pasti mereka tidak menyebut nama Allah dalam proses penyembelihan.

Jadi mau tidak mau aku harus menyembelih hewan yang ingin aku makan. Disini, toleransi beragama sangat tinggi. Ketika aku menjelaskan tidak memakan hewan yang tidak aku sembelih, mereka dengan sukarea memberikan hewan untuk aku sembelih sendiri. Dari sinilah aku mulai menyembelih.

Awalnya aku sembelih ayam. Aku pernah menyembelih ayam ketika kelas 2 SMP, itu juga karena praktek agama. Sekarang aku harus mempraktekan semuanya. Pertama-tama sembelih sampai lehernya putus. Lama kelamaan aku tahu bagaimana cara menyembelih yang benar yaitu sembelih di pinggir dekat telinga, itu langsung ke kerongkongan. Pengalaman sembelih ayam banyak, ada yang gak mati-mati, ada yang bmalah nyakar, ah banyak lah pokonya. Sampai saat ini aku sudah menyembelih puluhan ekor ayam, rekorku adalah sembelih ayam 35 ekor ketika perpisahan siswa SD Nainefo.

Hewan yang paling besar yang aku sembelih adalah sapi. Kaget? Mama aja sampe ngamuk dengernya. Ini semua karena Nesya. Jadi ceritanya pada hari minggu di bulan November, Nesya sedang bersiap-siap untuk ke gereja, aku baru bangun tidur. Lalu ada bos Koang yang mau mengadakan pesta malam harinya bertanya pada Nesya "Ibu yang berkerudung bisa sembelih sapi ko sonde"

Nesya lalu menjawab "bisa-bisa dia bisa sembelih apa saja dari yang kecil sampai yang besar". Gila kan? Padahalnsaat itu aku baru menyembelih beberapa ekor ayam saja. Nesya langsung menyuruhku ke tempat Bos koang. Sampai sana sapinya besar. Degdegan aku melihatnya. Kalau tiba-tiba sapinya berontak gimana. Yang lucu lagi, mau sembelih pakai parang taunya parang tidak tajam, akhirnya sembelih menggunakan pisau, kocak. Aku dibantu beberap Bapak dan seorang mama untuk membantuku menekan pisaunya. Setelah kerongkongan putus aku langsung kabur karena takut sapinya goyang-goyang. Setelah saat itu aku merasa perkasa.

Selain sapi aku juga sembelih kambing. Pertama kali ketika aku mau syukuran ulang tahun. Mau tidak mau aku harus sembelih, kalau tidak aku nanti tidak makan.





Sampai saat ini aku sudah menyembelih seekor sapi, tiga ekor kambing dan hampir seratus ekor ayam. Mungkin nanti sampai di Cirebon aku bisa buka tempat penjagalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar